Jadikan Al-Qur’an sebagai Tradisi

Jakarta, NU Online
Acara sema’an khataman Al-Qur’an Jam’iyyah Anti Koler (Jantiko) Mantab, di Pesantren Ciganjur, Jl. Warung Sila Jakarta Selatan, ditutup semalam (22/11). Penutupan ini dilakukan oleh KH Farid Majdi dan dilanjutkan dengan Mauidzhoh hasanah (ceramah) oleh KH Abdurrahman Wahid.

Dalam pidato penutupannya, Gus Farid –sapaan akrab KH farid Majdi,  menyampaikan harapannya agar sema’an Al-Qur’an tetap dapat dijadikan tradisi oleh masyarakat Islam. Meskipun telah tinggal di lingkungan perkotaan, namun umat Islam hendaknya tidak meninggalkan tradisi yang sarat nilai positif ini.<>

Menurut Gus Farid, mentradisikan sema’an Al-Qur’an dapat menjadikan kehidupan tentram dan damai. Dalam menyikapi kehidupan yang semakin rumit, masyarakat dapat mengandalkan Al-Qur’an sebagai sarana meneguhkan hati.

“Jika sedang dirundung masalah, biasanya manusia cenderung berperangai panas dan menjadi mudah marah. Karenanya Al-Qur’an dapat menjadi sarana yang sangat ampuh untuk meredakan kemarahan dan mengharapkan solusi dari Allah SWT,” terangnya.

Dalam pandangannya, sema’an Al-Qur’an, meskipun dilaksanakan dalam format kecil, namun tetap memiliki efek yang sangat besar. Bukan hanya pembaca dan pendengarnya saja yang merasakan manfaat positifnya, melainkan juga masyarakat di sekitarnya.

“Kita dapat melaksanakan khataman dan seaman, meskipun hanya dilaksanakan oleh beberapa orang saja. Jadi tidak mesti dilaksanakan dalam format yang meriah,” tuturnya.

Gus Farid juga menambahkan, Al-Qur’an senantiasa memiliki efek positif terhadap siapapun yang mau menghormatinya. Karenanya ia berpesan agar masyarakat senantiasa menjaga kesucian Al-Qur’an.

“Membaca, menghafal dan mengangankan maknannya adalah cara-cara umat Islam dalam menghormati dan menjaga kesucian Al-Qur’an. Termasuk mendengarkan pembacaannya. Sehingga sema’an merupakan sarana beribadah bagi mereka yang tidak sempat mambacanya,” tegasnya. (min)