Warta LIPUTAN HAJI

Jamaah Ambil Nafar Awwal, Jamarot Alami Puncak Pelemparan

Kam, 18 November 2010 | 12:58 WIB

Mina, NU Online
Hari ini, Kamis (18/11) yang bertepatan tanggal 12 Dzulhijjah 1431 H. waktu Arab Saudi adalah hari pengambilan Nafar Awwal (batas minimal kebarangkatan jamaah haji meninggalkan Mina). Jamaah haji dari berbagai negara pun mengambil berbondong-bondong melaksanakan pelemparan Jumroh sebagai syarat pengambilan Nafar Awwal.

Sejak pagi gelombang jamaah terus mengalir memasuki jamarot dari berbagai Arah. karena letak perkemahan yang berada di jalur Muzdalifah, jamaah Indonesia rata-rata memasuki jamarot (tempat pelemparan jumroh) melalui terowongan al-Muaisim. />
Siang tadi, sejak menjelang adzan Dzuhur sebagai waktu yang disepakati oleh seluruh ulama untuk melempar jumroh pada hari tasyrik, jamaah pun memadati seluruh Area jamarot. Jamaah Indonesia yang mendapat giliran waktu pelemparan Jumroh setelah Dzuhur pun bergegas ke Jamarot, sementara mereka yang belum tiba gilirannya pun sangat banyak yang membolos dan memaksa  melempar jumroh pada siang hari.

Dari pengamatan NU Online di lapangan, masa setelah lengsernya matahari ke arah barat (waktu Sholat Dzuhur), adalah waktu-waktu puncak pelemperan Jumroh. Terutama sekali karena pada hari ini para jamaah akan mengambil Nafar Awal.

"Saya perkirakan 70 persen jamaah haji Indonesia akan mengambil Nafar Awwal, Sehingga siang nanti akan terjadi kepadatan jamaah di arena pelemparan Jumroh. Sementara sisanya, sekitar 30 persennya akan mengambil Nafar Tsani (batas akhir jamaah haji meninggalkan Mina)," prediksi Komandan Satuan Operasi Mina Subakin Abdul Muttholib kepada NU Online di Mina, Kamis (18/11) di tendanya.

Menurut Subakin, pihaknya selalu menghimbau agar para jamaah terus beraktifitas dalam rombongan dan tidak meninggalkan seorang jamaah pun tanpa pengawasan dari teman-temannya.

Sementara itu,jamaah di Jamarot terus merangsek menuju tugu peringatan setan untuk menapaktilasi perjalanan ibadah nabiyullah Ibrahim. karena Suasana yang sangat padat, maka para jamaah sudah mulai melempar jumroh.

Untuk bisa berharap mengenai sasarannya, atau sekurang-kurangnya dapat mencapai sasarannya, para jamaah sudah mulai melempar sejak dari jarak yang cukup jauh. Konsekwensinya mereka harus melempar sekuat tenaga agar batu yang di lempar-lemparnya dapat mengenai sasarannya. Sehingga suara lenguh dan ucapan-ucapan penyemangat lemparan pun berdengung di seluruh lantai jamarot.

Bagaikan tingkah lebah yang mengeluarkan suara khasnya, para jamaah pun melempar diiringi suara takbir dan ditingkahi "suara lebah" yang membahana.

Sementara para askar berbaris mengatur sirkulasi jamaah. Mereka mencegat jamaah-jamaah yang ingin langsung balik badan untuk segera menuju Masjidil Haram melaksanakan thowaf ifadah atau thowaf wada'. Mereka bahkan juga memberlakukan sistem buka tutup seperti di Masjidil Haram, terutama untuk jamarot di lantai satu (lantai utama).

Ketika jamaah di lantai satu sudah penuh dan membahayakan bila terus didesak dari luar, maka para askar menutup arah depan dan menahan jamaah lain agar tidak segera masuk sebelum suasana longgar kembali. Di sini tentu askar tidak menyarankan untuk kepada jamaah agar masuk melewati pintu yang lain karena jaraknya yang sangat jauh. (min/Laporan langsung Syaifullah Amin dari Arab Saudi).