Warta LIPUTAN HAJI

Jamaah Terakhir, Berkemas dalam Kesunyian

Sen, 20 Desember 2010 | 09:08 WIB

Madinah, NU Online
Bila ingin mengerti benar kondisi kota Madinah yang sebenarnya, bukan kondisi yang diciptakan oleh ramainya jamaah haji dan hiruk-pikuk orang-orang dari seluruh dunia yang sedang berziarah, maka berkelilinglah ke sudut-sudut Madinah usai musim haji. Anda dapat melihat sudut-sudut pertokoan yang mulai sepi dan hanya menyalakan lampu temaram.

Di kawasan Markaziyah, los-los kios di bawah hotel pun lebih banyak yang ditutup. Para penjaganya pun tak lagi bersikap ramah yang dibuat-buat untuk menarik pembeli. Mereka hanya akan menegok kepada kita dan menyapa seperlunya saja. Mungkin mereka menginsyafi, orang-orang yang tinggal beberapa tak bisa dirayu sekenanya.
gt;
Beberapa pembeli bahkan tampak lebih aktif menawar dan merayu para penjual agar menurunkan harga barang yang akan dibelinya. Bila ada papasan dan saling sapa mereka biasanya akan selalu menanyakan, kapan waktu kepulangan.

"Wah Susah sekali harga turunnya Mas, emang orang Arab lebih pelit. Oh ya pulang kapan?" tanya seorang ibu jamaah Indonesia yang sedang menawar barang pecah-belah di Pasar Haramain, Ahad malam, (19/12).

"Ya Bu. Pulang besok Bu, sama seperti Ibu. Kira-kira masih bisa masuk koper kan Bu? Soalnya barang ini tidak boleh dibawa di tas tentengan waktu naik pesawat," jawabku mencoba bersikap ramah. Esok hari, hari ini Senin (20/12) adalah jadwal kepulangan terakhir jamaah haji Indonesia dari Madinah.
 
Sementara di kawasan non Markaziyah, tempat yang lebih banyak di huni oleh para jamaah Asia Tengah, Asia selatan dan Afrika, kesunyian menjadi lebih kentara. Bangunan-bangunan dengan tembok bersemen yang tidak bisa diat mengkilap itu hanya menyisakan beberapa lampu di pintu-pintu flat yang terbuat dari kaca. Dengan cahaya seadanya, kita dapat melihat ke arah loby flat yang sepi yang hanya dijaga oleh dua atau tiga penjaga.

Dengan berjalan menyusur di sepanjang jalan antara bangunan-bangunan penginapan, kita dapat menyaksikan jamaah-jamaah terakhir dari berbagai negara mengemas barang-barang mereka ke Atas bus. Hanya ada sedikit canda dan perintah-perintah ringan dari para pemimpin regu atau rombongan, selebihnya hanya kesunyian.
 
Kondisi sunyi ini bahkan juga terasa hingga ke kawasan Masjid Nabawi. Halaman Masjid yang seluas 235.000 m2, cukup membuat hati bergetar bila malam-malam kita berjalan sendirian di sana, terutama di sudut yang bersebelahan dengan Makam Baqi' al-Ghorqod. Saya sarankan, benar-benar jangan pernah Anda berjalan-jalan sendirian di sini, terutama bila malam hari. Bukan karena menyeramkan, tetapi akan sangat melelahkan menyusuri lantai marmer dan granit dalam kesunyian dan kesendirian.

Hari-hari terakhir ketika jamaah Indonesia tinggal beberapa kloter saja yang tersisa di Madinah, banyak di antara para petugas haji yang lebih suka menghabiskan waktu-waktu senggangnya di Masjid Nabawi. Bahkan beberapa petugas yang di sektor-sektor terdekat dengan Masjid Nabawi juga menyempatkan untuk sholat Arabin.

Namun tentu saja tidak satu pun petugas Media Center Haji yang sempat untuk sholat Arbain, bahkan yang paling badung/nakal sekali pun. Selain karena harus bekerja full time dengan jadwal yang tidak jelas, mungkin alasan yang paling tepat adalah karena malas. hehe. (min/Laporan langsung Syaifullah Amin dari Arab Saudi)