Warta

Jemaah Ahmadiyah Indonesia Akhirnya Bertaubat

Sel, 15 Januari 2008 | 11:05 WIB

Jakarta, NU Online
Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) akhirnya bertaubat dengan menyatakan bahwa mereka meyakini Muhammad SAW adalah Nabi penutup (khatamun nabiyyin) dan Mirza Ghulam Ahmad hanya sebagai guru dan pembawa berita gembira (mubashirat).

Pernyataan tersebut dikeluarkan Amir Pengurus Besar JAI Abdul Basit kepada wartawan di Jakarta, Selasa (15/1), setelah berdialog dengan sejumlah tokoh masyarakat dan pemerintah sebanyak tujuh kali sejak 7 September 2007 lalu yang difasilitasi Balitbang Departemen Agama.<>

Tokoh yang berdialog dengan Ahmadiyah Qadiyan ini antara lain Kepala Balitbang Depag Prof Dr Atho Mudzhar, Deputi Seswapres bidang Kesra Prof Dr Azyumardi Azra, Kaba Intelkam Polri Irjen Pol Saleh Saaf, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Prof Dr Ridwan Lubis, serta Ketua II Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI).

Dalam 12 butir penjelasan yang dikeluarkan, JAI juga kembali menyatakan bahwa mereka mengakui dua kalimah syahadat, dan meyakini tak ada wahyu syariat setelah Al Quranul Karim yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan bahwa Al Quran dan Sunnah Nabi Muhammad adalah sumber ajaran Islam yang dipedomaninya.

"Buku Tadzkirah bukanlah kitab suci Ahmadiyah melainkan catatan pengalaman rohani Mirza Ghulam Ahmad yang dibukukan sejak 1935, 27 tahun setelah beliau wafat pada 1908," kata Abdul Basit.

JAI menyatakan tidak akan mengkafirkan orang Islam di luar Ahmadiyah dan Masjid yang mereka kelola akan terbuka untuk seluruh umat Islam.

JAI juga akan menyelesaikan perkara-perkara ke kantor urusan agama (KUA) serta Pengadilan Agama sesuai perundang-undangan, selalu meningkatkan silaturahim dengan seluruh umat Islam, bangsa dan NKRI.

Sementara itu, Kabalitbang Depag Atho Mudzhar mengatakan pihaknya hanya memfasilitasi dialog tersebut, namun soal penilaian tentang penjelasan 12 butir yang telah dihasilkan masih akan dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). (dpg/nam)