Warta

Kang Said Malu PKB Konflik Terus

NU Online  ·  Senin, 12 Mei 2008 | 21:18 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengaku malu dengan dengan konflik internal di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang terus berkelanjutan. Pasalnya, kata dia, partai yang kelahirannya dibidani PBNU pada 1998 silam itu tak pernah sepi dari konflik.

“Sebetulnya saya tidak terpengaruh dengan konflik itu. Saya tetap beraktivitas seperti biasanya. Tapi, malu saja. Kalau kunjungan ke daerah, saya selalu ditanya orang tentang konflik PKB itu. Saya bilang saja tidak tahu. Karena saya memang tidak tahu apa-apa,” ungkap Kang Said—begitu panggilan akrabnya.<>

Ia mengatakan hal itu saat memberikan sambutan pada peringatan Hari Lahir ke-53 Ikatan Pelajar Putri NU, di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Senin (12/5).

Meski demikian, ia menyesalkan terjadinya konflik tersebut yang semakin meluas dan melibatkan terlalu banyak pihak. Tidak seperti yang terjadi di partai lain, konflik PKB mengakibatkan perpecahan yang cukup banyak. Ia menyebutkan salah satu di antaranya, berdirinya Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) merupakan pecahan PKB.

“Partai lain juga ada yang konflik, seperti (Partai) Golkar atau PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Tapi, konflik itu nggak rame-rame. Cukup orang dalam partai saja yang tahu. Beda dengan PKB, konfliknya meluas. Semua orang tahu,” ujar Kang Said.

Ia mengatakan, partai yang selalu berkonflik tak selayaknya lagi berbicara tentang persatuan. “Tak usah bicara persatuan kalau tak bisa bersatu. Tak usah bicara ukhuwah (persaudaraan) kalau dirinya sendiri tidak bisa menjalin ukhuwah itu,” pungkasnya.

Kang Said merupakan salah satu di antara 12 petinggi PBNU yang menghadiri pembukaan Muktamar Luar Biasa (MLB) PKB kubu Ketua Umum Dewan Tanfidz Muhaimin Iskandar di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, 2 Mei lalu.

Selain dirinya, juga tampak Saifuddin Amsir (Rais Syuriyah), Ahmad Bagdja (Ketua Tanfidziyah) KH Masyhuri Naim (Rais Syuriah), Endang Turmudzi (Sekretaris Jenderal), Taufiq R. Abdullah (Wakil Sekretaris Jenderal), Anas Thahir (Wakil Sekretaris Jenderal), Saiful Bahri Ansori (Wakil Sekretaris Jenderal). (rif)