Warta

Karya Kiai Ihsan Jampes Sudah Dicetak Ulang

Kam, 28 September 2006 | 00:50 WIB

Kediri, NU Online
Kitab “Manahijul Imadad” karya ulama besar Indonesia Kiai Ihsan Jampes, Kediri, telah dicetak ulang oleh pihak keluarga. Kitab setebal 1050 halaman yang terdiri dari dua jilid itu diterbitkan pertama kali pada Juni 2005 lalu.

Naskah “Manahijul Imadad” sebenarnya sudah siap terbit saat Kiai Ihsan meninggal tahun 1952 dalam usia 52 tahun. Namun naskah itu berada di Perpustakaan Kairo dan pihak perpustakaan tidak berkenan menyerahkannya untuk diterbitkan.

<>

“Naskah yang diterbitkan itu adalah salinan naskah dari salah seorang murid Syeikh Ihsan yang tinggal di Semarang. Setelah diterbitkan, naskah aslinya baru diberikan oleh pihak Perpustakaan Kairo,” kata salah seorang cucu Kiai Ihsan yang mengkoordinir penerbitan, KH. Bushro Abdul Mughni, kepada NU Online, Rabu (27/9) malam.

Menurut Gus Bus, panggilan akrab KH. Bushro Abdul Mughni, naskah Kiai Ihsan sedianya diterbitkan oleh KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saat menjabat sebagai Ketua Umum PBNU dan Presiden RI. Namun karena ada kendala teknis kitab baru diterbitkan tahun lalu oleh fihak keluarga sendiri.

Kitab “Manahijul Imadad” diterbitkan pertama kali hanya sebanyak 1000 eksemplar oleh penerbit lokal Al-Hasan Kediri dengan dana keluarga, dan dicetak ulang pada bulan Agustus lalu dengan beberapa revisi. “Ada beberapa kesalahan tulis, misalnya kurang huruf atau kurang titik,” kata Gus Bus.

Sebagian kitab dibawa ke Cirebon, tempat tinggal putri Kiai Ihsan, Nyai Chafshoh, dan disebar ke berbagai pesantren di sana. Sebagian lagi diboyong ke beberapa pesantren di Kediri sendiri seperti Lirboyo dan Ploso.

Sepi Peminat

Sementara itu Pesantren Jampes sendiri semakin sepi peminat. Berbeda dengan pesantren Lirboyo dan Ploso Kediri atau beberapa pesantren di Jombang yang mempunyai ribuan santri, tahun ini hanya ada 160 santri di Pesantren Jampes. “Padahal tahun lalu ada sekitar 200 santri,” kata Abdul Mu’in, seorang santri senior kepada NU Online.

Dikatakan, sejak awal Kiai Ihsan Jampes tidak terlalu aktif bergelut dalam organisasi keagamaan apapun, apalagi terjun di dunia politik praktis. Meski digandrungi oleh kalangan pesantren Kiai Ihsan tidak pernah aktif dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU) sekalipun. Kiai yang kitabnya menjadi rujukan wajib di beberapa universitas di Mesir dan Eropa ini hanya mengabdikan dirinya di bidang keilmuan. (nam/bin)