Warta

Kemenag: Agama dan Sederhana Tak Anjurkan Malas

NU Online  ·  Rabu, 14 Juli 2010 | 02:33 WIB

Pontianak, NU Online
Agama yang menganjurkan hidup sederhana bukan berarti menganjurkan sikap malas. Agama tidak menghambat kemajuan ekonomi. Meski menganjurkan sikap sederhana, namun agama selalu mendorong pada kemajuan.

"Tak ada hubungan antara agama dengan kemalasan, pengasingan diri, dan kemandegan ekonomi," ujar Kepala Pusat Litbang Kehidupan Keagamaan, Kementerian Agama (Kemenag), Abdurrahman Mas`ud, dalam dialog 'Pengembangan Wawasan Multikultural antar Pimpinan Pusat dan Daerah Intern Agama Islam' di Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (14/7).<>

Menurut Abdurrahman, telah banyak ahli sosial yang mengkaji hubungan antara agama dengan kemajuan ekonomi atau dengan kemiskinan. Misalnya Max Weber dan Trevor Roper hingga Quraish Shihab. Padahal, menurut Abdurrahman, hubungan ini tidak selamanya bersifat menagasikan atau meniadakan.

Di India misalnya, berkembang pendapat bahwa ajaran Hindu tentang kasta menyulitkan orang berpindah dari satu posisi sosial ke posisi sosial lainnya, serta menyulitkan berinteraksi antarkasta sehingga menghambat kemajuan ekonomi. ''Tapi pengamatan ini terbantah ketika orang-orang Hindu merantau ke Malaysia yang justru menjadi saudagar-saudagar yang berhasil,'' ujar Rahman.

Agama Buddha, kata Rahman, juga dinilai hanya mendorong pada pembelanjaan konsumtif bukan mendorong investasi, karena ajarannya tentang 'dana' sosial (charity) membangun pagoda, membiayai ritual inisiasi anak, dan pemberian ke rahib untuk meraih pahala tertinggi.

''Penilaian ini terbantah karena setelah dihitung dengan cermat ternyata pengeluaran mereka untuk 'dana' tak sampai 10 persen dari pendapatan,'' jelasnya. (min)