Warta

Kenaikan Harga BBM Menambah Jumlah Pengangguran

Sab, 17 September 2005 | 07:51 WIB

Jakarta, NU Online
Kenaikan harga BBM yang terjadi secara beruntun sejak tiga tahun terakhir telah mengakibatkan kesengsaran berkepanjangan. Bulan Maret lalu kenaikan BBM menyebabkan terhentinya 140 usaha kecil menengah (UKM) dari 220 UKM di Majalaya, Jawa Barat, pabrik-pabrik keramik di Gresik, 77 perusahaan tekstil dan produk tekstil di Jawa Bali yang mempekerjakan 20.000 orang.

Demikian dalam petisi yang disebarkan oleh Jaringan Advokasi Tambang di situs jatam.org Jum’at (15/9). Diramalkan kenaikan BBM Bulan oktober akan mengakibatkan 3,4 juta nelayan di Pulau Jawa, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku tidak melaut.

<>

Sementara itu di Lampung dilaporkan, 30 ribuan pegawai, belum termasuk petani, akan dirumahkan akibat kenaikan Solar. Sekitar 11.000 Anak Buah Kapal (ABK) dan 2.000 pegawai darat perusahaan-perusahaan pelayaran terancam di-PHK di Bali. Ledakan kemiskinan diperkirakan mencapai 70 juta – 80 juta rakyat Indonesia dari sebelumnya 36 juta orang berdasarkan data BPS.
 
Kenaikan BBM bukan solusi. Rakyat harus terus berhadapan dengan naiknya harga kebutuhan pokok. Jaringan Advokasi Tambang menilai pemerintah tidak serius dalam mengatasi krisis energi jangka panjang terutama kerena tidak ada tindakan untuk segera menggagalkan liberalisasi sektor hilir energi yang akan berlaku 23 November 2005. Dipastikan liberalisasi sektor hilir menyebabkan ritel perdagangan BBM akan dikuasi asing.

Pemerintah juga dinilai tidak melakukan tindakan apapun dalam pengembangan energi alternatif yang baru. “Semua wacana energi alternatif hanya berujung di seminar, media cetak dan elektronik. Tak ada produk hukum dan langkah kebijakan ataupun alokasi anggaran untuk mempercepat berkurangnya ketergantungan terhadap BBM,” demikian dalam petisi. Petisi meminta dukungan berbagai pihak agar pemerintah membatalkan rencana kenaikan harga BBM dan liberalisasi sektor hilir pada November 2005.(anm)