Warta KONFERWIL NU JATIM

KH Miftachul Akhyar dan KH Mutawakkil Kembali Pimpin NU Jatim

Sab, 12 Juli 2008 | 11:17 WIB

Surabaya, NU Online
KH Miftachul Akhyar dan KH Hasan Mutawakkil Alallah terpilih kembali sebagai Rais Syuriyah dan Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, periode 2008 ā€“ 2013. Kiai Mutawakkil sebelumnya dipilih sebagai Ketua Tanfidziyah menggantikan KH Ali Maschan Moesa yang telah diberhentikan.

Kedua Pemimpin NU Jawa Timur itu dikukuhkan kembali melalui Konferwil NU yang dipercepat, pada Sabtu (12/7) di Kantor PWNU Jawa Timur, dihadiri oleh perwakilan 42 PCNU dari 44 Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) se-Jawa Timur.<>

Hadir dalam Konferwil tersebut, Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof Dr KH Ardani Hasbi dan Dr KH Masyhuri Naā€™im, Sekjen PBNU Dr Endang Turmudzi dan Wakil Sekjen Drs Taufik R Abdillah. Hadir pula tiga orang kiai sepuh, masing-masing KH Abdul Muchith Muzadi, KH Chotib Umar dan KH Abdullah Faqih.

Sejak awal pelaksanaan Konferwil, suasana terasa menghangat, terutama ketika menyangkut sah dan tidaknya forum Konferwil yang dipercepat itu. Meski KH Masyhuri Naā€™im atas nama PBNU telah menyatakan forum itu sah syarā€™an wa jamiyatan (menurut hukum Islam dan organisasi), namun beberapa cabang masih belum bisa menerima begitu saja.

Alasan yang mendasar adalah menurut AD/ ART NU Konferwil dilaksanakan lima tahun sekali dan NU tidak mengenal istilah Konferwil yang dipercepat. Sementara Konferwil NU Jatim baru dilaksanakan 8 bulan silam. Karena perdebatan semakin alot, dipilihkah jalan voting untuk menentukan keabsahan forum itu.

Hasilnya, 24 suara menghendaki terus dan 18 suara meminta Konferwil ditunda, 1 suara abstain. Pelaksanaan Konferwil secara umum berlangsung cepat, sekitar 6 jam, karena hampir seluruh materi menggunakan materi Konferwil NU Genggong yang memang belum lama berlangsung.

Pada sesi pemilihan Rais, suasana dingin terasa, karena KH Miftachul Akhyar tidak mendapatkan pesaing yang berarti. Kiai Miftah mendapatkan 37 suara, Gus Ali Masyhuri 1 suara, KH M Najib 2 suara dan 1 suara tidak sah. Praktis, Kiai Miftah terpilih secara aklamasi, setelah menyatakan bersedia dan menandatangani kontrak jamiyah.

Suasana mulai menghangat pada pleno pemilihan ketua tanfidziyah, yang memunculkan KH Hasan Mutawakkil Alallah dan KH Ali Maschan Moesa sebagai calon ketua. Setelah melalui proses pemilihan yang menegangkan Kiai Mutawakkil mendapat 20 suara Ali Maschan 17 suara. Suara lainnya Masyhudi 3 suara, KH Nuruddin 1 suara dan abstain 1 suara.

Seberti diberitakan sebelumnya, persoalan di tubuh PWNU Jatim muncul ketika Ali Maschan dihadapkan pada kontrak jamiyah yang melarang dirinya terlibat dalam politik praktis, baik eksekutif maupun legislatif. Padahal ia sedang maju sebagai calon wakil gubernur (Cawagub) Jatim mendampingi Soenarjo yang diusung Partai Golkar. Perdebatan semakin seru ketika Ali Maschan menyatakan bersedia memenuhi dan menaati isi kontrak jamiyah, padahal dirinya sedang menjadi cawagub.

Tarik-ulur yang semakin meruncing itu akhirnya terselesaikan ketika Taufik R Abdullah dari PBNU yang memimpin sidang mengembalikan persoalan pada tata tertib (tatib) selanjutnya. Tatib itu menyebutkan bahwa calon ketua harus mendapatkan persetujuan dari Rais terpilih. Pada kesempatan itu Kiai Miftah menyatakan tidak menyetujui pencalonan Ali Maschan, dengan alasan untuk menjaga netralitas NU menghadapi Pilgub, apalagi akan disusul dengan Pilleg dan Pilpres.

Praktis, melalui Konferwil kali ini persoalan pun dianggap selesai. KH Hasan Mutawakkil Alallah terpilih sebagai Ketua PWNU Jatim. Pada sesi penutupan, Rais Syuriah PBNU KH Masyhuri Naā€™im meminta agar semua pihak bisa menerima hasil Konferwil dengan legowo. (sbh)