Warta

Konflik PKB Bingungkan Warga NU

NU Online  ·  Jumat, 9 Mei 2008 | 21:10 WIB

Jakarta, NU Online
Konflik internal di tubuh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang tak kunjung usai tak hanya mengancam kepesertaannya dalam Pemilihan Umum (Pemilu) pada 2009 mendatang. Melainkan juga akan membingungkan pilihan politik warga Nahdlatul Ulama (NU) yang merupakan basis pendukung utama partai tersebut.

Pendapat tersebut diungkapkan Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari, dalam diskusi bertajuk ”Untung-Rugi Konflik PKB” yang digelar di Press Room DPR RI Senayan, Jakarta, Jumat (9/5) kemarin.<>

Qodari menilai, warga NU kini bingung memilih antara PKB kubu Ketua Umum Dewan Syura KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) atau kubu Ketua Umum Dewan Tanfidz Muhaimin Iskandar. Apalagi, imbuhnya, masing-masing kubu telah menggelar Muktamar Luar Biasa (MLB) dan mengklaim sebagai yang sah.

“Kalau (konflik) juga tidak selesai, maka bisa tidak ikut Pemilu. Akibatnya, yang rugi adalah warga NU. Mereka ini bingung, mau memilih PKB Parung (baca: kubu Gus Dur) atau PKB Ancol (kubu Muhaimin), atau pindah ke partai lain?” terang Qodari memperkirakan.

Jika pun partai yang kelahirannya ’dibidani’ Pengurus Besar NU itu dapat mengikuti Pemilu 2009, lanjut Qodari, PKB tetap akan merugi. Ia memperkirakan, dalam pemilu itu nantinya, PKB akan mengalami penurunan perolehan suara. PKB juga diperkirakan tidak akan bisa mengajukan calon dalam dalam setiap pemilihan kepala daerah.

"Ini sebagai wajah buruk untuk membangun sistem kepartaian pascareformasi. Ini juga suatu bukti bahwa partai Islam sendiri sulit bersatu. Kerja fraksi juga terganggu karena fraksi tersebut terbelah, yang pro Muhaimin dan pro Gus Dur," jelasnya.

Tak hanya itu. Ia memperkirakan pula, partai-partai lain akan memanfaatkan konflik PKB dengan merebut suara warga NU yang tak bisa dinilai kecil jumlahnya. Sebut saja, Partai Kebangkitan Nasional Ulama, Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Golkar.

Dengan nada bercanda, Qodari menyebutkan keuntungan lain atas konflik PKB yang dirasakan para pengamat dan wartawan. "Keuntungannya memang ada, pengamat jadi banyak studi dan pers jadi banyak berita," tukasnya.

Diskusi tersebut juga dihadiri Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKB kubu Gus Dur, Ali Masykur Musa, Lily Khadijah Wahid (adik kandung Gus Dur yang pro PKB kubu Muhaimin) dan Anggota Komisi Pemilihan Umum I Gede Putu Arta. (rif/nif)