Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj mengatakan, kontektualisasi kitab-kitab kuning yang dikaji di pesantren sudah menjadi keharusan. Kitab kuning harus bisa mengatasi problem dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berkembang.
”Dulu dengan Fathul Qarib dan Fathul Mu’in (dua kitab kuning yang dikaji di pesantren: red) secara tekstual saja orang bisa di tengah-tengah, kenapa? Karena tuntutan kebutuhan kehidupan belum sampai sejauh sekarang. Di tengah-tengah artinya bisa berperan,” katanya di kantor PBNU, Jakarta, Kamis (7/6).
;Namun lanjut Kang Said, panggilan akrab KH Said Aqil Siradj, dulu dan sekarang berbeda. Hal terpenting sekarang adalah bagaimana agar kitab-kitab yang dikaji di pesantren-pesantren bisa tetap berada di tngah-tengah masyarakat.
”Dulu itu ketika dunia hanya sebesar klengkeng, tengah-tengahnya klengkeng yang seperti itu. Tapi kalo sekarang yang kita hadapi adalah semangka misalnya, kan tidak dapat kita ukur dengan tengah-tegahnya klengkeng? Ukurannya juga harus semangka. Jangan klengkeng terus, karena pasti akan terpinggirkan. Geser dong!” kata Kang Said bergurau.
”Coba kita sekarang kemas dengan kemasan yang lebih modern, tidak apa-apa tetap membawa Fathul Qarib atau Fathul Mu’in tapi ya dipoles dikitlah! Biar tetap bisa berada di tengah itu tadi. Kebutuhan jamaah itu seperti apa? Bukankah para kyai harus melayani kebutuhan umatnya?” katanya.(nam)
Terpopuler
1
Targetkan 45 Ribu Sekolah, Kemendikdasmen Gandeng Mitra Pendidikan Implementasi Pembelajaran Mendalam dan AI
2
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
3
Taj Yasin Pimpin Upacara di Pati Gantikan Bupati Sudewo yang Sakit, Singgung Hak Angket DPRD
4
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
5
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
6
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
Terkini
Lihat Semua