Masjid Nurul Latief, Representasi Makassar di Macassar
NU Online · Senin, 10 Oktober 2011 | 08:20 WIB
Cape Town, NU Online
Hingga kini hubungan sejarah Indonesia dan Afrika Selatan (Afsel) tetap terjaga melalui keberadaan masjid Nurul Latief di Macassar, Cape Town, Afsel. Renovasi masjid atas bantuan pemerintah Indonesia ini dimulai ketika Megawati Soekarno Putri menjadi presiden, dan diresmikan pada masa Jusuf Kalla menjabat wakil presiden.<>
Dari luar, konstruksi masjid ini tidak berbeda dengan masjid-masjid lainnya. Ada menara dan kubah, serta pintu masuk yang lebar. Namun begitu masuk ke dalam, nuansa Indonesia segera terlihat, terutama dari bahan kayu yang cukup banyak.
Kayu-kayu itu merupakan sebagian dari material masjid yang didatangkan langsung dari Indonesia, termasuk mimbar yang terbuat dari kayu berukir. Pagar balkon di lantai dua juga terbuat dari kayu. Selain itu, ada juga lampu gantung, kaca jendela, daun pintu, hingga ornamen kaligrafi yang menempel di dinding masjid.
“Masjid ini juga didesain orang Indonesia, namanya Fauzan dari Bandung,” ujar Imam Masjid Nurul Latief, Adam Philander, Ahad (9/10) seperti dilansir situs detik.com.
Adam sangat senang dengan model kaca jendela masjid yang seperti kaca jendela bangunan tua di Rusia maupun model Persia. Kaca jendela itu berwana-warni. Cahaya matahari akan berubah jadi bias bernuansa hijau dan biru ketika menembus jendela tersebut. Di Afsel, kaca seperti itu hanya ada di masjid ini, tak ada lagi di masjid lain.
“Kaca ini dibuat di Jakarta, tidak tahu tempat pastinya, kemudian dibawa dan dipasang di sini. Hanya ada di sini,” kata Adam.
Masjid Nurul Latief sudah ada sejak 1940-an, hanya saja waktu itu konstruksinya kayu, kemudian berubah semi permanen. Renovasi hingga menjadi masjid yang megah seperti sekarang ini, tidak lepas dari kunjungan Presiden Megawati pada tahun 2002, dan kemudian diresmikan Jusuf Kalla pada 28 September 2005.
Renovasi itu membuat luas masjid bertambah, kapasitas jamaah juga bertambah. Dari kapasitas semula sekitar 200-an jamaah kini mampu menampung 1.500-an jamaah, termasuk lantai dua yang merupakan tempat untuk jamaah perempuan. Kapasitas yang luas itu, dapat menampung kebanyakan masyarakat muslim yang ada di kampung Macassar Afrika Selatan dan menjadi pengingat akan asal mereka dari Makasar di Sulawesi Selatan.
Masjid Nurul Latief ini berada tak jauh dari komplek pemakaman Syeikh Yusuf, pengembang agama Islam pertama di Afsel yang juga Pahlawan Nasional Indonesia. Ada tiga masjid di sekitar Macassar, namun hanya dua masjid yang menggelar salat Jumat, dan Nurul Latief merupakan salah satunya.
Ada satu hal menarik disaksikan dalam pelaksanaan salat Jumat di masjid Nurul Latief, seperti juga di masjid lainnya di Afsel. Pengumpulan infak tidaklah menggunakan kotak infak seperti yang biasa ada di masjid di Indonesia. Di sini tradisinya, di pertengahan khutbah Jumat, maka dua anak berjalan sambil membentangkan sajadah di depan jamaah dari shaf terdepan hingga barisan paling belakang. Uang untuk infak diletakkan di sajadah tersebut.
Redaktur : Syaifullah Amin
Terpopuler
1
Sosok Nabi Daniel, Utusan Allah yang Dimakamkan di Era Umar Bin Khattab
2
3 Pesan Penting bagi Pengamal Ratib Al-Haddad
3
Mimpi Lamaran, Menikah, dan Bercerai: Apa Artinya?
4
Mahfud MD Ungkap Ketimpangan Struktural Indonesia
5
Gus Yahya: Di Tengah Ketidakpastian Global, Indonesia Harus Bertahan dan Berkontribusi bagi Dunia
6
Tak Bisa Dipisahkan, Mahfud MD: Hukum yang Baik Lahir dari Politik yang Bagus
Terkini
Lihat Semua