Warta

Menag Minta Tunjangan Guru Madrasah Masuk RAPBN 2007

NU Online  Ā·  Selasa, 21 November 2006 | 10:16 WIB

Jakarta, NU Online
Menteri Agama (Menag) Maftuh Basyuni berharap pemberian tunjangan fungsional bagi guru honorer madrasah sebesar Rp 200 ribu per bulan untuk setiap guru dimasukkan dalam RAPBN 2007.

Usulan tersebut telah disampaikan kepada Komisi VIII DPR, Menteri Keuangan, Menneg PPN/Kepala Bappenas pada 3 November 2006. Namun, karena alasan pagu anggaran yang diterima Depag tahun 2007 terbatas, usulan tersebut urung terakomodasi dalam RAPBN 2007.

<>

"Kami sangat mengharap perhatian dan dukungan semua pihak untuk penambahan pagu anggaran, sehingga tidak ada lagi perlakuan diskriminatif bagi guru honorer di madrasah," harap Maftuh dalam raker dengan PAH III DPD, di Gedung DPD, Senayan, Jakarta, Selasa (21/11).

Dijelaskan dia, berdasar UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen diamanatkan adanya peningkatan kesejahteraan guru dan dosen. Selain itu, langkah ini diambil untuk meningkatkan kesejahteraan guru honorer, baik yang mengajar di madrasah negeri maupun swasta, yang selama ini bergaji minim di bawah UMR.

"Sesuai dengan usulan Depdiknas yang telah mengalokasikan tunjangan di APBN 2007 untuk guru honorer, Depag juga telah mengirim surat tanggal 3 November untuk memberi tunjangan fungsional sebesar Rp 200 ribu," kata mantan Dubes RI untuk Arab Saudi ini.

Saat ini, tambahnya, jumlah guru honorer swasta yang berada di Depag sebanyak 556.418 guru. Sementara, guru yang mengajar di madrasah negeri sebanyak 89.902 guru.

Sesuai PP Nomor 48 Tahun 2005 tentang Tenaga Honorer, Depag telah melakukan pendataan dan pemprosesan untuk pengangkatan guru honorer menjadi CPNS sebanyak 54.364 orang. Sementara sisanya masih belum terakomodasi.

Di tahun 2006 ini, Depag memperoleh formasi pengangkatan tenaga honorer menjadi CPNS per 1 Oktober 2006 sebanyak 19.529 orang, yang terdiri dari 12.907 guru, 271 dosen, dan 4.251 pegawai lainnya.

Sisanya sebanyak 41.457 guru honorer akan diangkat secara bertahap paling lambat 2009. (dtc/rif)