Warta

Mitsuo Nakamura: Kemoderatan NU Bukan Hal Baru

Rab, 21 Juni 2006 | 07:23 WIB

Jakarta , NU Online
Pengamat sosial dan gerakan Islam asal Jepang Mitsuo Nakamura menilai kemoderatan organisasi Nahdlatul Ulama (NU) bukan hal baru. Sifat moderat yang ada dalam diri organisasi kemasyarakatan Islam terbesar itu, katanya, sudah ada sejak dulu.
 
“Bahkan sejak awal berdirinya, NU itu sudah sangat moderat,” kata Nakamura kepada NU Online di sela-sela acara Konferensi Internasional ke-2 Cendekiawan Muslim (International Conference of Islamic Scholars/ICIS) II, di Jakarta, Rabu (21/6).

<>

Kemoderatan NU itu, kata Nakamura, tidak bisa dilepaskan dari ideologi yang dipegang teguh selama ini, yakni ahlussunnah wal jama’ah. “Ahlussunah wal jama’ah yang dipegang oleh NU sampai sekarang ini adalah salah satu faktor yang menyebakan kenapa NU itu moderat,” terangnya.
 
Nakamura yang juga menyebut sifat moderat NU itu sudah mendarah-daging di dalam dirinya. Oleh karena itu, ia mengharapkan, sifat tersebut harus dipertahankan di tengah maraknya konflik internal di kalangan umat Islam belakangan ini.
 
“NU harus mau meneruskan mempertahankan dan meneruskan tradisinya selama ini, mempertahankan serta memperkokoh ciri khas atau jati diri ke-NU-an, karena itu kan pikiran NU yang paling natural, alamiah dan tidak dibuat-buat,” terang Nakamura.
 
Menurutnya, hal itu menjadi bagian dari khazanah yang sangat berharga bagi umat Islam dan bangsa pada umumnya.
 
Pendekatan Damai
Penyelenggaraan ICIS II kali ini, kata Nakamura, merupakan perwujudan dari pada komitmen penyelesaian berbagai konflik di kalangan umat Islam dengan tanpa cara-cara kekerasan. “Jadi, menurut saya pertemuan ini (ICIS II) adalah pendekatan damai untuk mengatasi konflik yang dipraktekkan,” katanya.
 
Mengapa demikian? Nakamura mengamati, dari awal penyelenggaraan konferensi yang dihadiri oleh ulama/cendekiawan dari 53 negara itu, terlihat seolah-olah tidak ada masalah di antara umat Islam selama ini. Dari diskusi dan dialog-dialog yang diikuti, katanya, dilakukan dengan sangat terbuka.
 
“Saya melihat, terjadi dialog dan diskusi yang terbuka sekali, terlihat semangat persaudaraan di antara ulama-ulama dan cendekiawan Islam. Walaupun mereka (ulama-ulama dan cendekiawan Islam) ada perbedaan pendapat, tapi mereka berbicara dengan sangat terbuka dan ramah sekali,” ungkap Nakamura.
 
Forum-forum dialog dan diskusi semacam ICIS, kata Nakamura, penting dilakukan dalam rangka mengurangi kesalahpahaman di antara umat Islam saat ini. Pasalnya, konflik-konflik yang terjadi selama ini, menurutnya, akar persoalannya hanyalah faktor kesalahpahaman saja. (rif)