Warta

Muslim Australia bisa Belajar Toleransi dari Indonesia

Sel, 30 Oktober 2007 | 09:52 WIB

Jakarta, NU Online
Sebagai agama mayoritas dengan keragaman yang sangat tinggi, muslim Indonesia memiliki toleransi yang sangat tinggi. Muslim Australia yang juga hidup dalam sebuah komunitas yang plural bisa belajar toleransi dari muslim Indonesia.

“Islam hidup penuh toleransi di Indonesia, kami bangga akan multikulturalisme di Indonesia,” kata Dr. Ameer Ali yang hadir bersama para 7 delegasi senior muslim Australia di PBNU Selasa pagi (30/10).

<>

Dikatakannya bahwa penganut agama lain di Indonesia dapat menjalankan ibadahnya dengan baik tanpa gangguan. Berbagai tempat ibadah juga dapat berdiri dan dimanfaatkan oleh pemeluknya. Ini semua menunjukkan penghargaan umat Islam pada agama lain.

Meskipun sama-sama hidup dalam komunitas yang plural, namun muslim Australia merupakan minoritas dan diantara muslim sendiri memiliki latar belakang yang berbeda-beda dan berasal dari berbagai suku bangsa. Anggota delegasi ini sendiri sudah menunjukkan keragaman muslim Australia. Ada yang keturunan Sudan, Indonesia, Arab dan lainnya.

Ameer menegaskan bahwa selama ini hubungan antara muslim dan non muslim di Australia berjalan dengan baik tidak seperti yang digambarkan oleh pers selama ini. “Bagi pers, konflik adalah berita bagus. Selama ini hubungan kami baik-baik saja,” tandasnya.

Sementara itu Amin Hady dari The Foundation of Islamic Studies and Information (FISI) yang menemani delegasi tersebut menjelaskan bahwa kunjungan ini disponsori oleh pemerintah Australia untuk meningkatkan pemahaman tentang dunia Islam dan meningkatkan hubungan dengan muslim Indonesia dengan lebih baik.

Tentang susahnya emigran muslim yang masuk ke Australia dan harus ditempatkan dulu di pulau tertentu sebelum bisa masuk ke negera Kanguru tersebut saat ini banyak mendapat kritik dari masyarakat Australia, bukan hanya umat Islam.

“Mungkin tahun depan kebijakan seperti ini sudah tidak diberlakukan lagi akibat kritik luas dari masyarakat,” katanya.

Saat ini sudah terjalin kerjasama antara PBNU dan pemerintah Australia dalam program penanganan bencana berbasis komunitas melalui Community Based Disaster Risk Management (CBDRM) di sejumlah pesantren. “Jadi kami juga memiliki program yang dibiayai oleh pajak dari rakyat Australia,” tutur Dr. Bina Suhendra.

Ketua PBNU Ir. Mustofa Zuhad Mughni berharap dapat terjalin kerjasama yang lebih erat antara muslim Indonesia dan Australia, terutama dalam upaya pengentasan kemiskinan.

Setelah dari PBNU, rombongan melanjutkan kunjungan ke Pesantren Assidiqiyah di Kebon Jeruk Jakarta Barat untuk melihat kehidupan pesantren secara langsung. (mkf)