Warta

Muslimat NU Setuju Pendidikan Seks Lebih Dini

Jum, 2 Juli 2010 | 02:43 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa menyatakan pemberian pemahaman tentang masalah reproduksi dan pengenalan organ-organ tubuh yang didalamnya terkandung juga pendidikan seks saat ini harus diberikan lebih dini

Berbeda dengan zaman dahulu ketika informasi bisa dibatasi dan dipilah-pilah menurut umur dan kedewasaan seseorang, perkembangan internet yang bisa diakses oleh segala umur menyebabkan kontens yang sebenarnya hanya pantas untuk orang dewasa dengan mudah diakses oleh anak-anak.<>

Dari data yang masuk ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sudah terdapat 33 kasus pencabulan terhadap anak, yang juga dilakukan oleh anak setelah meledaknya kasus video yang melibatkan sejumlah artis papan atas Indonesia.

Rasa penasaran anak dan remaja terhadap segala sesuatu yang menyangkut seksualitas semakin meningkat. Jika bukan orang tua yang memberi informasi dan melakukan pendampingan, anak akan mencari informasi dari sumber lain yang malah-malah bisa menyesatkan seperti dari teman sebaya. Dengan pemahaman yang lebih baik, rasa penasaran anak tidak akan sebesar ketika anak buta pemahamannya tentang seks dan masalah reproduksi.

“Penjelasan mengenai menstruasi, memilih teman yang sehat serta merawat organ-organ tubuhnya menjadi pengetahuan yang perlu dijelaskan lebih terbuka, terutama kepada anak usia remaja (SMP hingga SMA),” katanya usai penandatanganan kerjasama strategis organisasi perempuan Muslimat NU dengan Avrist Assurance, di Jakarta, Rabu (30/6).

Para ustadzah yang mengelola majelis taklim dibawah bimbingan Muslimat NU kini juga telah dibekali pemahaman tentang pendidikan seks yang selanjutnya disampaikan kepada para jamaahnya sehingga kaum ibu diharapkan lebih mengerti bagaimana mendidik dan mengasuh anak remajanya secara lebih terbuka.

"Pola di Jawa Timur misalnya, dalam pertemuan para ustadzah, dokumen yang sudah dikumpulkan Muslimat NU lengkap dengan pendapat pakar, dasar hukum, serta visualisasi mengenai edukasi seks disampaikan. Para ustadzah ini adalah corong dan mereka mempraktekkan ilmu dalam komunitasnya di Majelis Taklim," jelas Khofifah,

Sementara itu, untuk kalangan remaja putri pesantren Muslimat NU memiliki Program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang memberikan kegiatan edukasi kesehatan reproduksi yang didalamnya terkait juga isu-isu mengenai seksualitas. Mereka yang terlibat merupakan Pendidik Sebaya mengingat pendidikan seks melalui pertemanan lebih efektif melalui metode ini.

"Informasi akan lebih mengena kepada remaja kalau disampaikan oleh rekan sebayanya," tandas Khofifah.

Komunikasi yang lebih baik mengenai masalah reproduksi dan seks antara orang tua dan remaja, komunitas, pesantren dan sekolah, diharapkan anak menjadi lebih mengerti tubuhnya dan bertanggung jawab atasnya.

Disisi lain, Khofifah juga meminta agar pemerintah membatasi secara lebih ketat kontens-kontens pornografi yang ada di internet karena ini memberikan pengaruh yang besar. Menurutnya pemerintah tak perlu takut untuk melindungi generasi mudanya mengingat banyak negara juga melakukan hal yang sama seperti China, Singapura, Malaysia dan di Amerika Serikat sendiri terdapat 4 UU yang membatasi akses pornografi pada anak.

“Saya memiliki data-data lengkap mengenai negara mana saja yang melakukan pembatasan terhadap akses pornografi anak dan bagaimana mencegahnya, kebanyakan diatur dibawah kementerian pendidikan. Jadi pemerintah tak perlu takut,” terangnya. (mkf)