Warta

Nahdlatut Tujjar Sebagai Embrio NU

Kam, 22 Mei 2003 | 11:00 WIB

Jakarta, NU Online
Penelitian yang dilakukan oleh aktifis muda NU Anom Surya Putra menghasilkan informasi bahwa tujuan Nahdlatut Tujjar, salah satu embrio Nahdlatul Ulama adalah untuk mengangkat perekonomian Muslim. Lemahnya kemampuan ekonomi ulama kurang mendukung suksesnya dakwah yang dijalankan, sehingga mau tidak mau harus dibentuk sebuah lembaga ekonomi yang mendukungnya.

Alasan lain pendirian adalah pendidikan yang didominasi sekolah Belanda yang bertentangan dengan ajaran Islam dan tidak memberi nilai apa-apa bagi ibadah syariah sehingga perlu dibentuk lembaga pendidikan Islam yang mampu dibiayai sendiri oleh kalangan pribumi.

<>

Ini merupakan hasil dari diskus rutin kali ini yang dilakukan NU Online bersama dengan Lajnah Ta’lief Wan Nasr Nahdlatul Ulama (LTN-NU) Lembaga Penelitian dan Pengembangan Informasi NU (17/05) dengan membahas draft penelitian latar belakang berdirinya NU dilihat dari sisi Ekonomi dengan berdirinya perkumpulan Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan Para Pedagang) pada tahun 1918.

Embrio berdirinya NU berasal dari tiga organisasi. Masing-masing bergerak dalam bidang yang berbeda, Nahdlatut Tujjar pada tahun 1918 yang bergerak dalam bidang ekonomi, Taswirul Afkar yang bergerak dalam bidang keilmuan dan budaya pada tahun 1922, dan Nahdlatul Wathon yang bergerak dalam bidang politik melalui bidang pendidikan pada tahun 1924.

Tiga hal ini merupakan pilar NU yang meliputi wawasan ekonomi kerakyatan; wawasan keilmuan, sosial budaya; dan wawasan kebangsaan.

Anom mengatakan bahwa hasil penelitian ini bisa dilanjutkan siapa saja, “Ini baru merupakan draft, jadi siapapun masih bisa memberi masukan untuk perbaikan hasil penelitian ini, baik untuk skripsi, thesis, atau disertasi” ungkapnya dalam forum diskusi.

Diskusi juga membahas adanya periode gelombang naik dan turun peran NU di Indonesia. Terdapat tiga kali masa pasang naik peran NU. Pertama, ketika mulai berdiri pada tahun 1926, kedua pada tahun 1950-an, dan ketiga dimulai pada tahun 1984 dan memuncak pada periode 1990-an. Bapak Hayat dari PBNU menyatakan bahwa adanya naik turun ini harus diteliti apa penyebabnya sehingga periode penurunan bisa diantisipasi dan dihindari.

Setelah berdirinya NU pada tahun 1937 muncullah koperasi Syirkah Muawanah. Namun demikian dalam perkembangan berikutnya usaha ini terbengkalai. Mungkin hal ini disebabkan konsentrasi NU yang sangat dalam terhadap politik praktis. Dalam periode selanjutnya kegiatan ekonomi warga NU dibangkitkan kembali melalui pembentukan LPNU pada tahun 1992.(Mkf)