Warta

Nahdliyin IPB “Ngaji Kemerdekaan” di Pesantren Ibnu Aqil

Kam, 23 Agustus 2007 | 11:42 WIB

Bogor, NU Online
Warga Nahdliyin di Institut Pertanian Bogor (IPB) terus menggelar konsolidasi dan pendekatan ke pesantren-pesantren. Setelah tiga pekan lalu mengadakan road show ke Pesantren Daarul Rahman Bogor. Kali ini warga Nahdlatul Ulama (NU) di kampus pertanian terbesar di Asia Tenggara itu mengunjungi Pesantren Ibnu Aqil, milik Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PBNU) Jawa Barat KH Agus Salim Mawardi, yang terletak di Desa Laladon, Ciomas, Bogor. Kegiatan ini dilaksanakan pada Rabu(22/8/) malam.

Kegiatan yang digagas Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Sekolah Pascasarjana (SPs) IPB tersebut diikuti sekitar 70 orang, yang terdiri dari mahasiswa S1, S2 dan S3 serta dosen di lingkungan IPB.

<>

Turut memimpin rombongan adalah Dr Ir Aji Hermawan, MM, dosen Fakultas Teknologi Pertanian yang juga mantan Ketua Cabang Istimewa NU Inggris Raya. Sedangkan dari jajaran PWNU Jawa Barat, hadir Ketua PWNU KH Dedi Wahidi, Wakil Ketua PWNU KH Agus Salim, H Wahyu, yang didampingi para pengurus PCNU Kota Bogor. Selain itu hadir pula para santri Pesantren Ibnu Aqil.

Dr Ir Aji Hermawan MM yang memimpin rombongan mengatakan, pengajian bareng PWNU Jawa Barat tersebut digelar selain mengisi momentum perayaan HUT kemerdekaan ke-62 RI, juga sebagai rangkaian dari agenda road show keluarga NU IPB.

”Kami merasa ingin lebih dekat dengan komunitas pesantren, yang notabene sebagai akar rumput Nahdliyin. Kami berharap dapat belajar, mempelajari apa yang dihadapi, untuk kemudian mencoba memikirkan solusinya,” ujar Aji.

Lebih lanjut Aji mengutarakan, para mahasiswa IPB yang mengikuti rombongan ini umumnya juga berasal dari pesantren-pesantren NU. Hanya saja meski berangkat dari pesantren, mahasiswa NU di kampus umum tetap membutuhkan sentuhan dan perhatian khusus. Pasalnya pertarungan idiologi di PTN-PTN umum macam IPB sangat keras, sehingga jika seorang mahasiswa kurang mendapatkan proteksi dari lingkungan asal, sangat berpotensi mengalami pendangkalan aqidah, faham dan budaya.

”Kegiatan pengajian di pesantren sebagai upaya membentengi aqidah anak-anak NU. Ke depan kami berharap lembaga struktur NU di berbagai jenjang harus lebih pro aktif. Kalau mau lebih berkembang, NU harus memikirkan penggarapan basis baru di kampus umum. Basis konvensional seperti pesantren dan IAIN tetap digarap, namun jangan melupakan basis di PTN umum, karena kenyataannya ahli-ahli dari kampus umum akan sangat dibutuhkan dalam mengelola negara. Selama ini NU mengalami kelemahan mendasar dalam hal yang satu ini,” tutur pria asal Pekalongan, Jawa Tengah ini.

Sementara itu Ketua KMNU SPs IPB Ahmad Fahir mengatakan, pihaknya merasa gembira, karena dari hari ke hari populasi warga NU IPB terus meningkat tajam. Baik kalangan mahasiswa maupun dosen semakin banyak yang berani menyatakan diri sebagai nahdliyin.

”Dulu tidak banyak yang berani mengaku NU di IPB, mungkin karena belum terorganisir. Namun setelah beberapa kali menggelar rangkaian kegiatan, semakin banyak warga IPB yang mengaku NU,” kata mahasiswa S2 Komunikasi Pembangunan ini.

Bagi Fahir, berdakwah dan mengajak orang masuk NU di lingkungan semacam IPB sangat mennatang. ”Kalau di pesantren sudah tidak heran lagi. Tapi kalau di kampus seperti IPB membutuhkan seni dan menyita energi tersendiri. Di situlah letak tantangannya. Kami berharap apa yang dilakukan menular ke PTN-PTN umum lain. Sehingga ke depan NU akan semakin memiliki banyak ahli dan pakar yang dibutuhkan,” katamya.

Fahir berharap, struktur NU mulai tingkat bawah hingga teratas ikut memikirkan dan memperhatikan penguatan basis NU di kampus umum. ”Kalau gerakan ini disupport PBNU secara sistematis dan terorganisir, hasilnya akan jauh lebih konkret lagi,”  paparnya.

Sementara itu Ketua PWNU Jawa Barat KH Dedi Wahidi menambahkan, pihaknya merasa gembira mendapatkan kehormatan diundang untuk mengaji bersama keluarga NU IPB. Hal itu menunjukkan bahwa NU IPB semakin menggeliat dan diharapkan akan menular ke PCNU Kota dan Kabupaten Bogor sebagai daerah di mana kampus IPB berada.

”Perlu saya sampaikan bahwa di Jawa Barat, kini NU sedang bangkit. Tren ini terjadi di hampir semua daerah. Dalam beberapa bulan ini, saya rurba ke kabupaten dan kota se-Jawa Barat, umumnya mengalami perkembangan menggembirakan. ”Jadi kami mohon, agar Ketua Umum PBNU, mencabut status Ashabul Kahfi yang disematkan ke NU Jawa Barat,” selorohnya.

Sedangkan KH Agus Salim Mawardi mengungkapkan, ke depan pihaknya akan lebih banyak bekerjasama dengan warga NU IPB. ”Untuk menguatkan NU di Bogor, kita perlu merangkul warga kita yang ada di IPB, karena warga Bogor umunya berpendidikan tinggi. Sehingga keberadaan intelektual kampus sangat dibutuhkan oleh NU."

Karena itu, rencananya Agus akan mengajak keluarga NU IPB untuk mengelola lahan milik pesantren seluas 2 hektar. ”Pesantren kami punya lahan, silakan teman-teman garap sesuai kompetensi keilmuan yang dimiliki,” tegasnya.(ipb)