Warta HARI PEREMPUAN INTERNASIONAL

Negara Masih Diskriminasikan Perempuan

Jum, 9 Maret 2007 | 01:06 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar (PB) Korps PMII Puteri (Kopri) menilai, hingga saat ini negara masih mendiskriminasikan kaum perempuan. Hal itu dapat dibuktikan melalui beragam kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada kaum perempuan. Di Indonesia, angka pengangguran masih didominasi oleh kaum perempuan.

“Kondisi perempuan tersebut dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis prostitusi dan pornografi. Perempuan yang menganggur banyak dipekerjakan secara ilegal oleh mereka, termasuk masih maraknya kasus perdagangan perempuan antar-negara,” terang Ketua Umum PB Kopri Ai Maryati As-Shalihah kepada NU Online, di Jakarta, Kamis (8/3)

<>

Menurut Ai—demikian aktivis perempuan itu akrab disapa—ketertindasan kaum perempuan semakin parah saat negara mulai berupaya melepaskan tanggungjawabnya dalam memberikan jaminan kesejahteraan terhadap rakyatnya. Pencabutan subsidi pada pelayanan kesehatan, pendidikan, tarif dasar listrik dan sembilan bahan pokok merupakan kebijakan pemiskinan secara struktural oleh negara.

Lebih parah lagi, imbuhnya, kaum perempuan sulit mendapatkan akses sumber daya ekonomi. “Apalagi bagi perempuan berumah tangga yang bekerja. Padahal mereka memiliki jam kerja 50 persen lebih panjang dari laki-laki,” ujarnya.

Perlakuan diskriminatif lainnya, kata Ai, juga terjadi pada hubungan perkawinan. Maraknya kasus perceraian juga menjadi salah satu sebab ketertindasan perempuan. Peraturan tentang pembagian harta bersama dan warisan yang tidak adil cukup menambah kesulitan hidup yang dihadapi perempuan pada umumnya.

Dijelaskan Ai, tidak jarang juga seorang perempuan bersuami terpaksa bekerja lebih demi menutupi kebutuhan keluarga. Sementara, di lain pihak, perempuan juga dituntut untuk mengurus keluarga atau pekerjaan-pekerjaan domestik lainnya. “Ngurus keluarga, anak dan suami. Ditambah harus kerja lagi. Tugasnya ganda,” pungkasnya.

“Jarang sekali perempuan yang bekerja untuk untuk menambah penghasilan keluarga. Di sinilah nurani perempuan yang mulia seringkali dimanfaatkan oleh laki-laki,” imbuh Ai.

Ditambahkan, kondisi tersebut ternyata tidak hanya dialami perempuan Indonesia. 70 persen dari penduduk miskin dunia adalah perempuan. Kebanyakan, menurutnya, jumlah perempuan miskin terdapat di negara berkembang seperti Indonesia. “Menurut klasifikasi negara termiskin, Indonesia berada di urutan ketiga,” jelasnya. (rif)