Warta

Pak Ud Dianugerahi Gelar Pahlawan Kemerdekaan

Jum, 16 Maret 2007 | 03:42 WIB

Jombang, NU Online
Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) menganugerahi gelar pahlawan kemerdekaan kepada mantan pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, Jombang, KH Yusuf Hasyim atau Pak Ud.

Penganugerahan tersebut, dilakukan dengan upacara pemberian tonggak bambu runcing di atas pusara Pak Ud yang berada di belakang kompleks Ponpes Tebuireng, Cukir, Jombang, Jawa Timur, Kamis.

<>

Selain Pak Ud, penganugerahan gelar pahlawan kemerdekaan juga diberikan kepada KH Wahid Hasyim, saudara tua Pak Ud yang pernah menjabat Menteri Agama di era Kabinet M Hatta dan Kabinet M Natsir.

"Pak Ud sangat layak mendapatkan gelar ini, karena perjuangannya melawan penjajah semasa mudanya dulu," ujar Ketua Markas LVRI Cabang Jombang Mayor (Purn) Djuma’ali dalam sambutan pemberian anugerah pahlawan kemerdekaan di Makam Pak Ud.

Menurut dia, Pak Ud sangat layak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP). Namun karena permintaan keluargalah putra pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari itu, dikebumikan di makam keluarga besar Tebuireng setelah wafat di RSUD dr Soetomo Surabaya di usia ke-77, akibat penyakit phenoumonia pada 15 Pebruari 2007 lalu.

LVRI mencatat Pak Ud yang juga paman Gus Dur ini, sebagai anggota Laskar Hizbullah pada 1944 lalu setahun kemudian diangkat menjadi Komandan Kompi Hizbullah.

Saat menjadi Komandan Kompi Hizbullah, Pak Ud turut memimpin pasukan pejuang melawan tentara Belanda yang membonceng pasukan NICA dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Kemudian pada 1947, Pak Ud terdaftar sebagai anggota TNI dan pada 1948 tergabung dalam Batalyon XXXIX Pasukan Ganyang PKI di Madiun. Namun setelah 1949, aktif mengajar di pondok pesantren yang didirikan ayahandanya itu.

Lalu pada tahun 1960-an Pak Ud bersama Barisan Ansor Serba Guna (Banser) kembali mengangkat senjata untuk memerangi pasukan PKI di Kanigoro, Kediri dan di kawasan Blitar Selatan.

Pangkat terakhir Pak Ud di militer sebagai Letnan Satu (TNI) dan sempat menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal LVRI Pusat.

Sementara KH Wahid Hasyim diberikan anugerah pahlawan, karena perjuangannya membangun negeri ini sejak 1945 sampai 1951. KH Wahid Hasyim meninggal dalam kecelakaan lalu lintas saat perjalanan dinas dari Jakarta menuju Bandung pada 18 April 1953.

Pengasuh Ponpes Tebuireng KH Shalahuddin Wahid (Gus Sholah) mengaku, terharu dengan penghargaan gelar pahlawan yang diberikan LVRI tersebut.

"Setidaknya masih ada yang menghargai perjuangan beliau semasa hidupnya itu," ujar putra KH Wahid Hasyim yang menerima tugas sebagai pengasuh Ponpes Tebuireng dari Pak Ud sejak Juni 2006 lalu itu.

Menurut dia, di Jombang sendiri masih banyak ulama yang seharusnya mendapatkan gelar pahlawan, seperti KH Wahab Chasbullah dan KH Bisyri Syamsuri. (ant/mad)