Warta

Pak Ud : Playboy akan 'Dibersihkan' Massa

NU Online  ·  Rabu, 18 Januari 2006 | 02:04 WIB

Surabaya, NU Online
Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang KH Yusuf Hasyim (Pak Ud) mengaku khawatir terhadap majalah Playboy versi Indonesia yang akan beredar mulai Maret mendatang yang justru akan terancam untuk "dibersihkan" massa.

"Saya khawatir, kalau Playboy terbit di Indonesia justru akan dibersihkan oleh kekuatan masyarakat, sehingga peredaran Playboy akan justru menimbulkan masalah lain lagi," katanya di Surabaya, Rabu pagi.

<>

Menurut putra pendiri NU Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari itu, kekhawatiran itu terbaca dari pro-kontra yang cukup tajam terkait rencana penerbitan majalah "Syur" itu di media massa cetak dan elektronika pada akhir-akhir ini.

"Yang kontra tampaknya cukup banyak mulai dari kalangan organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, MUI, pesantren, dan sejumlah tokoh masyarakat, sedangkan pihak yang pro hanya sebagian kecil dan berasal dari kalangan yang memang terdidik," katanya.

Tokoh senior di kalangan NU itu menilai peredaran Playboy mempunyai dampak yang lebih parah dibandingkan film porno, sebab film dan majalah itu memiliki daya pengaruh yang berbeda dengan kekuatan pengaruh yang lebih tinggi pada majalah sebagai media cetak.

"Karena itu, saya mengharap Menteri Kominfo, Menag, dan Mendagri bersikap lebih bijak untuk mencegah kemarahan massa dengan melarang peredaran Playboy di Indonesia, sebab jika dijual terbatas pun tidak akan ada jaminan untuk tidak beredar di pasaran umum," katanya.

Mantan politisi PPP itu menyatakan pornografi dalam berbagai bentuk itu sama halnya dengan perjudian yang hingga kini masih menimbulkan pro-kontra dalam hal perlu-tidaknya dilokalisir atau dilegalkan pada tempat tertentu.

"Kalau pornografi dilegalkan akan banyak merugikan masyarakat luas dan menguntungkan pengusaha dan orang yang bergerak di bidang sirkulasi, padahal jumlah orang yang diuntungkan itu hanya segelintir,"katanya.

Oleh karena itu, Pak Ud mengaku tidak setuju jika pornografi dikatakan sebagai seni, sebab apa yang disebut seni itu pada hakekatnya merupakan "tameng" untuk mengalihkan perhatian dari pornografi, kendati dengan alasan akan diperketat penyebarannya.

"Saya kira, musibah yang berkali-kali melanda bangsa ini hendaknya sudah dapat menjadi pelajaran untuk segera melakukan perbaikan diri dan bukan justru menambah kerusakan. Bencana yang melanda merupakan bukti bahwa semuanya disebabkan manusia," katanya.(ant/mkf)