Warta

Parlemen Iran Hargai Langkah PBNU Persatukan Dunia Islam

Kam, 15 Februari 2007 | 10:51 WIB

Jakarta, NU Online
Parlemen Republik Islam Iran menghargai langkah Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi dalam mengupayakan peredaan konflik di antara umat Islam di Timur Tengah. Langkah itu juga dinilai cukup efektif dalam mempersatukan umat Islam terutama yang saat ini tengah terjadi konflik.

“Kami menghargai langkah KH Hasyim Muzadi dalam mempersatukan umat Islam, tidak hanya di Indonesia, melainkan juga umat Islam di seluruh Indonesia,” kata Ketua Parlemen Republik Islam Iran HE Dr Gholam Ali Hadad Adel saat berkunjung ke Kantor PBNU di Jalan Kramat Raya, Jakarta, Kamis (15/2)

<>

Pada akhir Januari hingga awal Februari lalu, Hasyim melakukan "roadshow" ke sejumlah negara guna menyosialisasikan gagasan untuk meredakan konflik antarsekte di Irak. Dalam lawatan ke Timur Tengah itu, Hasyim bertemu dengan Presiden Syria Basyar Asad dan Wakilnya Farouq Al-Syara, Mufti Republik dan Menteri Agama Lebanon, Syekh Muhammad Rosyid Kabbany, Wakil Imam Syiah di Libanon, Syekh Amir Qobalany dan Rektor Universitas Internasional Libanon, Dr Ahmad Husan.

Kunjungan Gholam ke PBNU diikuti sembilan orang anggota Parlemen Iran lainnya beserta Duta Besar Iran untuk Indonesia Behrooz Kamalvandi. Turut hadir menerima kunjungan tersebut sejumlah petinggi PBNU, baik dari jajaran Syuriah maupun Tanfidziyah.

Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam tersebut, Gholam menyatakan, persatuan umat Islam adalah sebuah keharusan. Jika tidak, maka umat Islam yang jumlahnya besar akan mudah dipecah-belah. Kondisi tersebut akan semakin memudahkan bagi bangsa lain untuk mencampuri urusan umat Islam.

“Jika Islam bersatu, mana mungkin Amerika Serikat (AS) akan membantu (baca: campur tangan, Red) memecahkan masalah Islam,” pungkas Gholam.

Pertikaian antarsekte Islam di Pakistan, Irak dan sejumlah negara Islam lainnya, menurut Gholam, merupakan contoh betapa umat Islam mudah sekali diadu-domba oleh pihak asing. Menurutnya, hal itu jelas sangat merugikan umat Islam sendiri dan justru menguntungkan pihak lain.

Gholam mengingatkan, konflik di antara umat Islam di Timur Tengah saat ini bukanlah semata konflik aliran. Melainkan buah hasil dari hasutan dan fitnah daripada musuh Islam. “Di Pakistan, berabad-abad Sunni dan Syiah hidup berdampingan. Namun kenapa baru-baru ini muncul konflik dan saling membunuh,” terangnya.

Demikian pula dengan pertentangan antara kelompok Syiah dan Sunni di Irak. Menurut Gholam, sejak Islam ada di negeri 1001 Malam itu, kedua kelompok tersebut selalu hidup berdampingan dan saling menghargai. Namun, lanjutnya, belakangan tiba-tiba muncul konflik berdarah-darah di antara keduanya.

“Kesimpulannya, seperti apa yang dikatakan Ayatollah Khomeini; perang antara Sunni dan Syiah adalah fitnah untuk mengadu domba dan memecah-belah umat Islam,” tandas Gholam menyitir ungkapan ulama besar Iran yang juga pemimpin Revolusi Islam Iran itu. (rif)