PBNU: Bahaya, Menyikapi Persoalan dengan Simbol Etnis
NU Online Ā· Senin, 19 Maret 2012 | 06:41 WIB
Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H. Slamet Effendy Yusuf mengingatkan agar semua pihak menghindarkan penggunaan identitas primordial dan komunal dalam menyikapi berbagai persoalan sosial yang diperselisihkan. Apa yang terjadi di Pontianak dan Palangkara, Kalimantan terkait penolakan kehadiran organisasi Front Pembela Islam (FPI), dengan pengerahan massa dengan simbol etnis adalah sangat berbahaya bagi integrasi bangsa.
<>
āBoleh saja kalau ada yang membenci FPI setengah mati, tapi menggunakan kekuatan berlatarbelakang kekuatan etnis untuk menyalurkan kebencian dan penolakan itu adalah sebuah kesalahan besar,ā tandas Ketua MUI Pusat ini di Jakarta, Senin (19/3).
Menurut Slamet apa yang terjadi di Pontianak dan Palangkaraya, sikap itu menunjukkan masih ada pihak yang belum menyadari kepekaan menggunakan kekuatan etnik untuk menyikapi persoalan perbedaanĀ di tengah masyarakat. Penyikapan suatu masalah misalnya, pro dan kontra FPI dengan menggunakan simbol etnik dan suku tertentu termasuk senjata dan pita kepala yang identik dengan suku tertentu, itu sangat mudah memancing reaksi bagi etnik dan suku yang lain.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat besar dengan keberagaman, pluralisme, majemeuk. Keberagaman dan kemajemukannya pun sangat tumpang tindih. Ada suku tertentu sekaligus penganut agama tertentu, di situ terdapat sisi sensitifitas dari perbedaan yang sangat mudah disulut menjadi pemicu konflik horisontal.
Apalagi, masyarakat dewasa ini sangat rentan akibat dari kehidupan sehari-hari yang bersumber dari pertarungan politik, kesenjangan ekonomi, dan ketidakadilan hukum. Karena itu, Slamet menghargai kesigapan aparat kepolisian dan TNI yang bertindak cepat. āKami juga mengapresiasi pemimpin agama dan tokoh etnik di Pontianak yang cepat berkoordinasi dan bermusyawarah, sehingga bisa menghindari konflik yang lebih parah lagi,ā ujarnya.
Untuk itu secara khusus,Ā Slamet meminta kalangan nahdliyyin (GP Ansor, PMII, IPNU, IPPNU, Pagar Nusa, Pesantren dll.), untuk terlibat aktif menjadi pendamai dan penengah dalam setiap peristiwa yang mengarah pada konflik sosial. āJangan berpangku tangan. Tapi, dekati semua kelompok masyarakat dan ajak kembali kepada semangat persaudaraan sebagai sesama anak bangsa Indonesia,ā pinta mantan Ketua Umum PP GP Ansor ini.
Penulis: Achmad Munif Arpas
Terpopuler
1
Aliansi Masyarakat Pati Bersatu Tetap Gelar Aksi, Tuntut Mundur Bupati Sudewo
2
Ribuan Santri Pati Akan Gelar Aksi Tolak Kenaikan Tarif PBB 250 Persen hingga 5 Hari Sekolah
3
Resmi Dilantik, Ini Susunan Pengurus LBH Sarbumusi Masa Khidmah 2025-2028
4
INDEF Soroti Pemblokiran Rekening yang Dianggap Reaktif dan Frustrasi Pemerintah Hadapi Judi Online
5
Obat bagi Jiwa yang Kesepian
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: 5 Kapunjulan Ngonsumsi Kadaharan Halal
Terkini
Lihat Semua