Warta

PBNU Dialog dengan Indian Council for Cultural Relation

NU Online  ·  Sabtu, 20 Januari 2007 | 08:11 WIB

Jakarta, NU Online
Upaya untuk meningkatkan kerjasama internasional akan terus ditingkatkan. Kali ini PBNU mendapat kunjungan dari Direktur Jenderal Indian Council for Cultural Relations (ICCR) Pavan K. Varma yang didampingi dubes India untuk Indonesia Navrekha Sharma, Jum’at (19/1).

Kunjungan ini lebih bersifat perkenalan dan dialog antar kedua organisasi yang banyak memiliki kesamaan dalam misi sosialnya. ICCR didirikan pada 9 April 1950 yang bertujuan untuk membangun hubungan kebudayaan, berdialog dengan bangsa lain. Untuk memfasilitasi interaksi dengan kebudayaa-kebudayaan di dunia. Badan ini merupakan bagian dari diplomasi budaya dan sponsor bagi pertukaran intelektual antara India dan negera-negara sahabat.

<>

Berbagai pertanyaan muncul tentang organisasi NU. Pavan menaruh apresiasi kepada NU ketika tahu bahwa sistem keorganisasian NU sangat demokratis karena semua pemilihan pemimpin dipilih oleh institusi dibawahnya, bukan oleh pimpinan puncak. PBNU dipilih oleh muktamirin yang datang dari wilayah dan cabang. Pengurus wilayah dipilih oleh pengurus cabang dan pengurus cabang dipilih oleh pengurus anak cabang. Demikian seterusnya. “Indonesia sekarang juga sudah melaksanakan pemilihan langsung yang demokratis,” tutur Kyai Hasyim yang menerima tamu tersebut.

Kyai Hasyim juga menjelaskan tentang sistem pendidikan pesantren yang melahirkan para pemimpin NU. Terdapat dua sistem pendidikan pesantren, yaitu pesantren salaf yang memfokuskan diri dalam pengajaran kitab kuning sementara pesantren modern merupakan pesantren yang menyediakan pendidikan umum seperti sekolah biasa selain pendidikan agama. “Tak semua santri tingga di pesantren, jika dekat dengan rumah, mereka pulang,” tutur Kyai Hasyim menambahkan.

Baik Pavan K. Varma maupun Navrekha Sharma mengaku belum pernah mengunjungi pesantren. “Kami siap mengantar untuk mengunjungi pesantren Assidiqiyah di Jakarta jika yang mulia memiliki waktu,” kata HM Rozy Munir yang turut dalam pertemuan tersebut.

Sebelum pertemuan dengan KH Hasyim Muzadi, HM Rozy Munir mempresentasikan sejarah, visi, sampai struktur organisasi NU secara singkat dalam bentuk power point. “NU dahulu merupakan partai politik, tapi kemudian berubah menjadi organisasi sosial agama. NU membebaskan anggotanya untuk memilih partai karena itu banyak anggota NU yang menjadi anggota parleman dari berbagai parpol,” tuturnya.

Sebelumnya pemerintah India juga menawarkan beasiswa belajar ke India untuk jenjang S1-S3. Saat ini India terkenal memiliki perguruan tinggi bermutu yang unggul dalam bidang teknologi informasi. Sayang batas waktu pendaftaran yang hanya sampai akhir Januari ini membuat PBNU kesulitan menyebarkan informasi ini ke seluruh jaringannya. “Jika memungkinkan kami diberi kesempatan waktu yang lebih banyak untuk menyebarkan informasi ini ke daerah-daerah,” tutur Rozy Munir kepada dubes India.

Pertemuan tersebut dimulai sekitar pukul 16.00 dan berakhir pukul 17.00. Hadir dari PBNU KH Hasyim Muzadi, HM Rozy Munir dan Ir. Iqbal Sullam. (mkf)