Warta

PBNU Dukung Sikap AS terhadap Demo Biksu di Myanmar

NU Online  ·  Kamis, 27 September 2007 | 13:38 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendukung sikap Amerika Serikat (AS) atas unjuk rasa sekira 10 ribu biksu dan rakyat di Kota Yangon, Myanmar. Unjuk rasa damai itu seharusnya tak diperlakukan dengan cara represif oleh Junta Militer negara tersebut.

“Saya sampaikan apresiasi terhadap Amerika Serikat dan negara-negara Eropa yang menentang kekerasan di Myanmar,” ujar Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi dalam siaran pers yang diterima NU Online di Jakarta, Kamis (27/9).<>

Namun demikian, meski mengaku mengapresiasi, Hasyim juga mengkritik balik AS dan sekutunya yang melakukan tindak kekerasan di sejumlah negara, seperti, Irak, Sudan, Palestina, dan lain-lain. Pun, ancaman AS terhadap Iran atas program nuklirnya, seharusnya tak dilakukan bila AS memang konsisten menentang kekerasan.

Menurut Hasyim yang juga Presiden World Conference on Religions for Peace itu, sikap konsisten menentang cara-cara kekerasan itu perlu dijaga agar AS dan Eropa menampakkan keadilan, bukan kekuasaan semata.

“Seharusnya menentang juga kekerasan agresi di Irak, Guantanamo, Pelestina, dan Darfur serta ancaman ke Iran dalam mempertahankan hak nuklirnya secara damai,” terang Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars itu.

Unjuk rasa biksu dan rakyat Myanmar yang berlangsung sejak Jumat (21/9) lalu itu mengundang kemarahan pemerintah AS. Pasalnya, aksi protes damai itu direspon dengan tindakan kekerasan oleh rezim militer Myanmar. Ratusan polisi dibantu tentara Myanmar secara represif menghalau aksi yang tetap berlangsung hingga hari ini.

Dilaporkan seorang biksu tewas tertembak dan empat lainnya luka-luka, termasuk di antaranya seorang biksuni. Selain itu, ratusan demonstran lainnya ditangkap aparat dalam upaya represif itu. Seperti dilaporkan Reuters, tiga biksu tewas dan puluhan terluka.

Pemerintah AS, melalui Juru Bicara Gedung Putih Gordon Johndroe, mengatakan, jika berita kekerasan dan korban tewas di Myanmar benar, AS dan negara lain di dunia tak boleh tinggal diam. "Kita tak boleh membiarkan rakyat Myanmar menderita oleh kesewenang-wenangan," tegasnya. (rif)