Warta

PBNU: PBB Lebih Peka terhadap Masalah Israel, Tidak pada Palestina

Jum, 18 Juli 2008 | 09:47 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi mengatakan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) lebih peka ketika berurusan dengan Israel. Sebaliknya, jika ada masalah dengan Palestina, organisasi negara-negara se-dunia pimpinan Sekretaris Jenderal Ban Ki-Moon itu tak mampu berbuat banyak.

PBB, menurut Hasyim, cenderung tidak menjalankan dengan tegas dan adil setiap resolusi yang dikeluarkan berkaitan dengan Israel. “Kalau ada resolusi yang kira-kira merugikan Israel, tidak dijalankan (oleh PBB). Sebaliknya, (resolusi) tidak efektif untuk Palestina,” ujarnya dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (18/7).<>

Sikap berat sebelah yang ditunjukkan PBB itu, jelas Hasyim, juga didukung Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara sekutunya. Sebab, dalam kenyataannya, negara adidaya pimpinan Presiden George W. Bush itu cenderung membela Israel.

Akibatnya, lanjut Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars (ICIS) itu, konflik berkepenjangan antara Palestina dengan Israel, tak pernah terselesaikan. Cita-cita perdamaian antara kedua negara itu hingga kini tak pernah terwujud.

Namun, tandas Hasyim, ada juga faktor lain yang turut mendukung langgengnya konflik Palestina-Israel, yakni tidak adanya persatuan di dalam bangsa Palestina sendiri. Selama ini, bangsa Palestina terpecah menjadi beberapa bagian hingga menyulitkan perjuangannya sendiri.

Tak hanya itu. Negara-negara Arab dan negara di kawasan Timur Tengah pun tak memiliki kesamaan pandangan mengenai nasib bangsa Palestina. “Negara-negara Arab ada yang mendukung (Palestina), ada yang aktif (memperjuangkan Palestina), dan ada yang kacau,” urai Hasyim.

Karenanya, menurut Presiden World Conference on Religions for Peace itu, konflik Palestina-Israel dapat diakhiri, salah satunya, jika PBB berani bertindak tegas dan adil atas resolusi-resolusi yang dikeluarkan. Artinya, sikap berat sebelah yang dijalankan PBB selama ini, tak lagi digunakan.

Selain itu, persatuan negara-negara Arab dan negara-negara Islam serta bangsa Palestina sendiri, juga menjadi faktor penting bagi penyelesaian konflik tersebut. Jika tidak, maka perdamaian yang dicita-citakan tidak akan pernah terwujud. (rif)