Warta TERORISME

PCINU Yaman: Yang Diajarkan Wali Songo Sama Seperti Habaib Hadramaut

Sel, 28 September 2010 | 01:01 WIB

Tarim-Hadramaut, NU Online
Menanggapi isu radikalisme dan terorisme yang terus berkembang, Pengurus Cabang Istimewa Nahdhatul Ulama (PCINU) Yaman bekerja sama dengan Persatuan Pelajar Indonesia di Yaman (PPI Yaman) dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Yaman, menggelar seminar ilmiah dengan dua tema sekaligus yang bertajuk “Membendung Radikalisme dan Manajemen Organisasi”.

Rais Syuriyah PCINU Yaman, Ahmad Badruttamam, yang sekaligus menjadi ketua panitia pelaksana acara tersebut mengatakan, kegiatan dengan tema membendung radikalisme ini bukan bermaksud menganggap para pelajar di Yaman sebagai penganut faham radikalisme, sebagaimana yang diisukan sebagian orang.<>

“Seminar ini bermaksud sebagai tindakan pencegahan dini dengan cara meningkatkan wawasan tentang radikalisme, khususnya masalah terorisme agar kita tidak mudah terpengaruh faham-faham tersebut,” katanya dalam kegiatan yang diadakan pada hari Ahad (26/9) kemarin.

“Selain itu, kita semua tahu bahwa Wali Songo adalah dari Hadramaut dan oleh karena itu apa yang diajarkan Wali Songo sama dengan apa yang kita pelajari dari para ulama dan habaib Hadramaut sekarang, yaitu mengajarkan Islam sebagai agama cinta kedamaian,” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Duta Besar RI untuk Yaman, Drs. Nur Aulia’ yang hadir dalam acara yang bertempat di auditorium Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Al Ahgaff, Tarim, Hadhramaut, Yaman tersebut, mengungkapkan, terorisme muncul dilaterbelakangi oleh banyak faktor, baik dari luar maupun dari dalam Islam sendiri.

Faktor penyebab terorisme di antaranya adalah kebodohan pelaku terorisme yang tidak memahami ajaran agama Islam secara benar, sikap fanatik yang berlebihan pada kelompoknya, ketidakadilan dalam sistem politik dan ekonomi, serta kemiskinan yang akut.

“Terorisme adalah maksiat kepada Allah, karena telah mengambil hak Allah dengan cara menghilangkan nyawa manusia tanpa berdasar pada dalil yang benar, mengorbankan banyak rakyat sipil yang tidak berdosa, dan menggangu  keamanan,” katanya di hadapan 350 peserta seminar yang terdiri dari perwakilan pelajar Indonesia dari Universitas Al Ahgaff, Darul Musthofa dan Ribath Tarim.
   
Acara berlangsung selama tiga jam setengah tersebut, dimulai pukul 19:00 sampai 22:30 waktu setempat (23:00—02:30 WIB), diisi oleh dua pemakalah. Pemakalah pertama, Drs. Agus Syarif Budiman yang juga menjabat sebagai Kepala Kantor KBRI Yaman mempresentasikan makalahnya yang berjudul “Perkembangan Situasi Politik-Keamanan dan Gerakan Terorisme di Yaman”.

Jika Drs. Nur Aulia’ menjelaskan panjang lebar tentang berbagai faktor penyebab munculnya terorisme, maka pemakalah lebih banyak memberikan contoh-contoh nyata tindakan-tindakan terorisme, baik di tingkat internasional ataupun beberapa kasus yang ada di Yaman.  sebagai sebuah studi kasus, pemakalah juga memberikan contoh efek buruk dari tindakan terorisme, seperti menciptakan kemiskinan masyarakat.
 
Pemakalah kedua, Rendy Ramanda, MM. , kepala konsuler KBRI Yaman menyampaikan makalahnya dengan judul “ Menegemen Organisai dan Teori Kepemimpinan”. Dan di akhir acara, kedua pemakalah menyampaikan kekagumannya terhadap ulama dan habaib Hadramaut, yang mampu  menolak radikalisme selain melalui apa yang mereka ajarkan juga dengan sikap nyata mereka.

Demikian dalam rilis pers PCINU Yaman yang diterima redaksi NU Online. (nam)