Warta HARLAH KE-85 NU

Pemerintah Belum Perhatikan Kekuatan Pertanian

Sab, 9 Juli 2011 | 08:27 WIB

Jakarta, NU Online

Kondisi ekonomi warga Nahdlatul Ulama di zaman reformasi ini belum berubah, tetap dipinggirkan. Sebab, kekuatan utama ekonomi NU, yakni dunia pertanian, belum diperhatikan betul oleh pemerintah.

Demikian dikatakan Wakil Ketua PBNU H As’ad Sa’id Ali dalam pembukaan seminar tentang ekonomi nasional dalam rangka Harlah NU ke-85, di lantai 8 Gedung PBNU, Jakarta, Sabtu (9/7).<>

“Tanah yang dimiliki warga NU ataupun kiai NU di desa-desa menyusut, dijual sedikit-sedikit, karena dunia pertanian tidak didukung pemerintah. Dari yang punya tanah sehektar menjadi setengah dan seterusnya,”  jelas As’ad yang juga Ketua Panitia Harlah NU ke-85.

Meski demikian, sambil mengutip pendapat Gamal al-Banna, ulama terkemuka dari Mesir, Al-jihadu fi ‘ashril hadits, la yamutu fi sabilillah. Wa lakin yahya fi sabilillah. (Jihad pada era sekarang itu tidak mati di jalan Allah. Tapi hidup di jalan Allah -red), As’ad menjamin bahwa NU tetap dalam pedoman berislam dengan damai.

“Tapi, meski warga NU dimiskinkan, tidak akan menjadi teroris. Warga NU sabar. Susah sudah biasa. Tapi kondisi macam ini tidak bisa didiamkan,” tegasnya.


Lebih lanjut As'ad menjelaskan, kebanyakan warga NU di bawah tidak tahu pernyataan bagus dari Gamal. Tapi mereka punya guru atau kiai yang mengerti agama. Jadi masyarakat Nahdliyin tetap akan di jalan Islam yang mengedepankan perdamaian,” jelasnya.

Seminar ekonomi merupakan seminar keempat atau yang terakhir dari rangkaian seminar yang digelar dalam rangka Harlah NU ke-85. Seminar pertama mengenai Aswaja dilakukan di Semarang, seminar kedua tentang pesantren di Bandung, dan yang ketiga di Surabaya, mengetengahkan tema dunia sufi.

 

Penulis  : Hamzah Sahal