Warta IMPOR BERAS

Pemerintah Mau Enaknya Saja

Kam, 31 Agustus 2006 | 07:00 WIB

Jakarta, NU Online
Rencana pemerintah mengimpor beras dengan alasan untuk memperkuat stok beras nasional yang menipis terus dihujani kritik. Pemerintah dinilai hanya mencari kemudahan dengan mengorbankan sekian banyak petani.

“Alasan impor itu sudah jelas karena beras impor itu lebih mudah, tinggal tandatangan beras sudah di gudang,” kata Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Benny Pasaribu dalam satu diskusi di kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jl. Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (30/8).

<>

“Ya, impor beras itu jalur yang praktis dan pragmatis. Kalau mengambil beras dari Kalimantan kan pakai ke sawah dulu kena Lumpur lagi, lalu masih cari karung. Artinya, pemerintah sebenarnya tidak mau ribet," kata Benny. 

Dikatakannya, impor beras menunjukkan bahwa pemerintah sebenarnya tidak mempunyai komitmen sama sekali untuk mengembangkan pertanian di Indonesia.

“Kita hanya bisa katakan bahwa pertanian kalau ga dibela pasti akan habis. Sekarang ini SDM petani sudah semakin berkurang. Banyak petani yang berusia 50 tahunan. Nanti bisa-bisa yang berusia di atas 50 tahun bisa 90 persen. Sementara itu pendidikan dan pelatihan tidak ada,” kata Benny.

Bagi pemerintah pertanian dianggap tidak menarik, karena pemerintah ingin langsung melompat ke sektor industri. Sementara itu pertanian juga tidak membanggakan anak bangsa karena identik dengan kekumuhan dan kemiskinan.

“Bukan berarti menyarankan para petani kita memakai dasi. Yang saya maksud, kalau pertanian kita bagus dan diperioritaskan otomatis sektor industri juga akan jalan,” kata Benny. (nam)