Jakarta, NU Online
Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj berharap agar semua fihak berperan aktif dalam menyelesaikan masalah Poso yang sampai sekarang masih terus bergolak. Penyelesaian konflik tersebut bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi semua fihak, termasuk ormas para tokoh formal dan informal.
“Kita semua prihatin dengan kejadian yang menimpa di Poso yang masih terus bergolak. Lepas dari faktor apapun, ini adalah tanggung jawab kita warga bangsa. Ini bukan hanya kewajiban satu fihak, bukan hanya pemerintah saja, tapi semua fihak, baik formal maupun informal leader yang peduli dengan tragedi. Ini sangat memalukan,” tuturnya kepada NU Online, Jum’at.
<>Dikatakannya bahwa agama tidak dapat digunakan untuk mentolerir kekerasan. Semua agama mengajarkan kebaikan, Islam agama rahmatan lil alamin, Kristen membawa agama kasih sayang, Hindu membawa ajaran moksa, Budha membawa ajaran nirwana.
“Jadi jika orang Islam kemudian menganggap ini jihad fi sabilillah dan bagi orang Kristen dianggap sebagai perjuangan agama juga salah karena bertentangan dengan misi menyebarkan perdamaian. Itu mengkhianati agama mereka,” tandasnya.
Dijelaskannya bahwa agama memang sangat mudah digunakan pemicu kekerasan. Hal ini disebabkan oleh lembahnya pemahaman keagamaan bangsa kita saat ini dalam mengartikan jihad dan perang suci.
“Percuma saja masjid besar dengan pengajian yang penuh, dzikir penuh dan gereja yang besar dengan salib dari emas dan lonceng yang keras, kalau belum membentuk umatnya betul-betul umat beragama,” imbuhnya.
Lulusan universitas Ummul Quro tersebut menjelaskan bahwa Islam jangan hanya dibaca dari akidah dan syariatnya saja. Islam juga mengajarkan tamaddun atau peradaban, moral, etika, dan budaya.
Dikatakannya bahwa ajaran amar makruf nahi mungkar jangan diartikan secara sempit karena amar makruf adalah mengajak kebaikan, kebersamaan, harmoni, kemapanan dan lainnya. Nahi munkar adalah memberantas kemungkaran seperti memberantas kemiskinan, kebodohan, kemungkaran, akhlak bejat.
“Nahi mungkar bukan hanya mengobrak abrik tempat maksiat dengan kekerasan, tapi menciptakan perdamaian dalam kehidupan yang damai,” katanya. (mkf)
Terpopuler
1
Kemenag Tetapkan Gelar Akademik Baru untuk Lulusan Ma’had Aly
2
LKKNU Jakarta Perkuat Kesehatan Mental Keluarga
3
Mahasiswa Gelar Aksi Indonesia Cemas, Menyoal Politisasi Sejarah hingga RUU Perampasan Aset
4
3 Alasan Bulan Kedua Hijriah Dinamakan Safar
5
Kopri PB PMII Luncurkan Beasiswa Pendidikan Khusus Profesi Advokat untuk 2.000 Kader Perempuan
6
Pentingnya Kelola Keinginan dengan Ukur Kemampuan demi Kebahagiaan
Terkini
Lihat Semua