Warta

Pergunu Jombang: Pendidikan Karakter Harus Dikembalikan

NU Online  ·  Ahad, 12 Juni 2011 | 03:38 WIB

Jombang, NU Online
Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) kabupaten Jombang mendorong pendidikan karakter disekolah-sekolah harus kembalikan. Pasalnya pendidikan dinilai bukan hanya mengejar angka-angka untuk memenuhi standart kelulusan melalui Ujian Nasional.

“Pendidikan harus dikembalikan sebagai wahana pembentukan karakter generasi bangsa, dan guru sebagai pendidikan memiliki peran aktif untuk mewujudkan pembentukan karakter ini,”ujar Ahmad Faqih ketua Pergunu Jombang, usai menggelar Halaqoh pendidikan di Aula PC NU Jombang, Ahad (12/6).<>

Karenanya, Pergunu merekomendasikan, Pendidikan harus dikembalikan sebagai wahana pembentukan karakter generasi bangsa, Kebijakan pendidikan harus dibebaskan dari intervensi kepentingan politik.
Revitalisasi pendidikan harus  diawali dari revitalisasi guru dan kata kunci dari ‘revitalisasi guru adalah kesejahteraan guru.’ Untuk itu pemerintah harus terus berikhtiar untuk meningkatkan kesejahteraan guru.

"Pergunu mendorong pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru dan memberikan otonomi yang lebih luas kepada guru dalam proses dan evaluasi pendidikan. Pergunu juga menyerukan kepada umat muslim khususnya warga Nahdliyyin untuk menggelorakan gerakan zakat, infaq, dan waqaf untuk mendukung pembiayaan pendidikan," tutur Faqih.

Kegiatan Halaqoh dengan tema “ Revitalisasi Guru NU Dalam Mewujudkan Pembangunan Pendidikan” dihadiri Prof Dr Zahro Rektor Unipdu Jombang, Ketua Dewan Pendidikan KH Junaidi Hidayat, Katib Syuriah, Ust Wazir Aly, LC.

Dalam paparannya, Prof. Zahro mengatakan, pihaknya sangat tidak setuju dengan adanya Ujian Nasional .” Intinya saya menentang adanya Ujian Nasional (UN), itu saya gak setuju, karena membikin manipulasi, kebodohan, juga subhat,” tuturnya.

Namun demikian, Guru besar IAIN Sunan Ampel Surabaya ini menyatakan telah berupaya mengusulkan kepada Menteri Pendidikan Nasional M Nuh,  agar UN bisa dihilangkan dan untuk evaluasi hasil proses pendidikan bisa diganti eval model pesantren.

”Itu usul saya kepada pak Nuh, Masa yang akan datang jangan dengan menggunakan eval numeral, sebab model UN dengan sistem nilai itu tidak obyektif,” tambahnya.

Menyoal Pendidikan di NU, Zahro menambahkan, bahwa sarjana NU sangat banyak, karenannya pendidikannya harus lebih ditingkatkan.

“Ayo kita bangkit, tampil, karena sarjana NU lebih banyak. Dalam dunia pendidikan Lillahi ta’ala orang NU itu perlu direvitalisasi,” tandasnya.

 

Redaktur     : Syaifullah Amin

Kontributor : Muslim Abdurrahman