Warta

Perilaku Swadana Nahdliyin Perlu Di-revitalisasi

NU Online  ·  Jumat, 15 Juni 2007 | 12:01 WIB

Jakarta, NU Online
Perilaku swadana kaum Nahdliyin (sebutan untuk warga Nahdlatul Ulama/NU) dalam berbagai kegiatan kini diharapkan dapat direvitalisasi. Hal itu merupakan bagian dari upaya mengembalikan jati diri NU.

Demikian diungkapkan Ketua Pengurus Pusat Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU Nasihin Hasan pada penutupan Halaqah Syuriah bertajuk "Program Peningkatan Pemberdayaan Syuriah NU" yang diselenggarakan di PBNU, Jum’at (16/6). Acara halaqah ini berlangsung selama 4 hari dan dihadiri para pengurus syuriah dari 24 Pengurus Wilayah NU se-Indonesia.

<>

Mantan Direktir Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) itu merasa senang, sebab dalam program tersebut, para peserta sudah bisa membiayai sendiri sehingga tak memberatkan PBNU. Tradisi itu, menurutnya, harus terus dikembangkan sehingga nantinya tidak ada lagi peserta muktamar yang minta ongkos buat pulang.

Lakpesdam NU juga telah menyelenggarakan acara Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) di Palembang beberapa waktu lalu yang para pesertanya dari seluruh Indonesia juga membiayai dirinya sendiri.

Sebelumnya, Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi juga mengungkapkan tradisi membiayai dirinya sendiri ini perlu dikembangkan ke daerah-daerah. “Kalau pengurus wilayah minta sangu (ongkos), nanti kualat (sial), karena kalau mereka mengundang cabang, mereka juga akan dimintai sangu,” paparnya.

Kiai Hasyim juga menjelaskan bahwa PBNU saat ini sudah bisa mandiri dalam arti sudah mampu memenuhi kebutuhan operasional NU. Ia berharap agar kemandirian ini juga dikembangkan sampai ke tingkat Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur, itu menuturkan, PWNU DKI Jakarta dan PWNU Jambi telah memiliki perkebunan yang luasnya ribuan hektar yang bisa digunakan untuk menopang kebutuhan dalam mengembangkan jamiyah NU. Hal ini bisa menjadi contoh bagi PWNU dan PCNU sebagai usaha menuju kemandirian. (mkf)