Warta

Peringatan Hari Anak Nasional : Untuk Kita, Untuk Sahabat !

Rab, 23 Juli 2003 | 13:40 WIB

Jakarta, NU-Online
Saat ini persoalan yang paling krusial yang berkenaan dengan anak-anak di Indonesia adalah persoalan kecilnya kesempatan bagi anak-anak Indonesia untuk mengenyam pendidikan dan kekerasan terhadap anak. Di Indonesia, diperkirakan 11,7 juta anak terpaksa harus putus sekolah ditengah jalan, dan sekitar 1,6 juta anak terpaksa harus keluar rumah untuk membantu keluarganya menjadi pekerja anak. Di Bandung dan Medan, diperkirakan lebih dari 30 persen anak-anak bekerja lebih dari 30 jam per minggu, dan 64 persen diantaranya adalah anak perempuan.

Sementara itu dalam kasus kekerasan terhadap anak, diperkirakan 100 ribu lebih anak dibawah usia 18 tahun adalah korban tindak kekerasan seksual, belum termasuk anak-anak yang menjadi korban eksploitasi seksual, diperdagangkan, atau dilacurkan. Data KOMNAS Perlindungan Anak menyebutkan, di 12 kota besar di Indonesia 40-50 anak terpaksa hidup dijalanan. Sebagian dari anak jalanan ini dilaporkan rawan terkena penyakit menular seksual, bahkan HIV/AIDS.

<>

Dibidang hukum, diperkirakan 4 persen orang yang terlibat dalam bisnis haram peredaran narkotika adalah anak-anak yang berusia dibawah 17 tahun (Koran Tempo, 9/7) Yang memprihatinkan, 2 diantara 10 anak yang terlibat penjualan narkotika itu ternyata berusia antara 13-15 tahun.

Fenomena ini menjadi isu yang diangkat Sanggar Anak Akar dalam Acara Festival Hari Anak Nasional (23/7) bertema “Untuk Kita, Untuk Sahabat” di pelataran Taman Ismail Marzuki. Acara yang diawali dengan karnaval anak ini diikuti sekitar 800 anak dari Jabotabek dan mereka berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari anak jalanan sampai dengan anak-anak dari sekolah favorit, sanggar kesenian anak dan rumah singgah anak. Anak-anak ini melakukan jalan bersama pada pukul 14.00 dimulai dari Tugu Proklamasi menuju Taman Ismail Marzuki yang berjarak sekitar satu setengah kilometer. Di Taman Ismail Marzuki, mereka menggelar kembali seluruh hasil karya mereka dalam pertunjukan kesenian anak.

Dalam karnaval itu seluruh anak-anak menuangkan semua harapan dan pengalaman mereka melalui puisi, guntingan koran, lukisan, dengan media spanduk putih sepanjang 30 Meter dan sebuah papan besar bertuliskan “Pendidikan Untuk Anak Tidak Bisa Ditunda”.

“Pada hari ini kita mengajak kepada seluruh anak Indonesia untuk bersahabat” ungkap Susilo, ketua panitia festival kepada reporter NU-Online. “Anak tetap anak, mereka tidak pernah membedakan suku, agama, ras dan lainnya, maka jangan nodai mereka” tambahnya. (akd)


Â