Warta HARI PANGAN SEDUNIA

Pertanian Kecil Berbasis Keluarga Jadi Solusi Krisis Pangan

Kam, 16 Oktober 2008 | 04:36 WIB

Jakarta, NU Online
Sistem pertanian kecil berbasis keluarga, polikultur, berorientasi untuk pemenuhan kebutuhan pangan lokal, dan padat karya akan memecahkan masalah mendasar pada pertanian dan pangan.

Selama ini sistem yang berorientasi pada pertanian dalam jumlah besar-besaran, monokultur, berorientasi ekspor, dan padat modal terbukti tidak berhasil mengatasi masalah pangan di dunia.<>

Demikian dikatakan Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih di Jakarta, pada peringatan Hari Pangan Sedunia, 16 Oktober 2008.

Hari Pangan Sedunia kali ini diperingati dengan suram di antara krisis pangan dan finansial yang sedang menghantam dunia.

“Hari ini, seharusnya merupakan hari yang dibangga-banggakan setelah World Food Summit 1996 menyatakan bahwa food security (ketahanan pangan) akan memecahkan masalah kelaparan dan malnutrisi di seluruh dunia. Tujuan ini diafirmasi ulang oleh Millenium Development Goals (MDGs), untuk mengurangi angka kelaparan hingga setengahnya pada tahun 2015,” kata Henry Saragih.

Namun niat baik ini ternyata tidak tercapai. Hal ini, katanya, disebabkan tiadanya perubahan fundamental pada mode produksi pertanian dan industrinya. “Hal ini membuat pemerintah-pemerintah neoliberal dan lembaga-lembaga internasional yang mempromosikan objektif ini seharusnya malu,” tambahnya.

Bersamaan dengan Hari Pangan Sedunia tahun 2008, di tingkat internasional SPI juga berkumpul bersama 600 delegasi lain dari seluruh dunia dalam Konferensi Kelima La Via Campesina. La Via Campesina telah aktif menyuarakan reforma agraria sejati, food sovereignty (kedaulatan pangan) dan hak asasi petani di tingkat global.

Menurut Henry, konferensi Kelima yang mengambil tempat di Maputo, Mozambik, Afrika, akan menjadi tindak lanjut persatuan yang sangat masif dari seluruh petani di dunia dalam usaha mengatasi krisis multidimensi yang meremukkan dunia saat ini. (nam)