Warta

Pesantren Darus Sunnah Lebarkan Sayap ke Malaysia

Ahad, 29 Januari 2012 | 10:19 WIB

Jakarta, NU Online
Pesantren Luhur Ilmu Hadits Darus Sunnah Jakarta, melebarkan “sayap” dan mengembangkan jejaringnya ke Mancanegara dengan membuka cabang istimewa di Al-Sakinah Eco Resort, Janda Baik, Pahang, Malaysia.<>

Pengasuh Pesantren Darus Sunnah, KH Ali Mustafa Yaqub kepada NU Online di Jakarta, Ahad (29/1) mengatakan, rintisan pengembangan Pesantren Darus Sunnah Malaysia telah dimulai sejak pertengahan 2010. Pada April 2010, rombongan tim perintis dari Malaysia menyambangi Pesantren Darus Sunnah yang terletak di Jalan SD Inpres Nol 1 Pisangan Barat, Ciputat, sekitar 600 meter sebelah tenggara kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

“Mulai Januari 2011 Pesantren Darus Sunnah Malaysia mulai beroperasi, dengan menyelenggarakan pendidikan kilat ilmu hadits selama 42 hari. Sedangkan program pendidikan empat tahun dimulai pada Oktober 2011,” papar Rais Syuriah bidang fatwa PBNU ini.

Pengembangan Pesantren Darus Sunnah Malaysia merupakan inisiatif para tokoh agama negara setempat, untuk mengatasi kelangkaan studi hadits. Dibandingkan dengan studi atau hapalan Al Quran, studi hadits di negara tersebut terbilang sangat langka. Hal itu mendorong mereka mengadopsi model perkuliahan ilmu hadits yang dikembangkan Pesantren Darus Sunnah, Jakarta.

“Penyelenggaraan Pesantren Darus Sunnah di Malaysia bersifat otonom, sedangkan kami berperan sebagai pembina. Selain itu kami juga menyiapkan kurikulum, dan mengirimkan dosen ke sana,” papar alumnus Pesantren Tebuireng, Jombang, Jatim ini.

Pesantren Luhur Ilmu Hadits Darus Sunnah menyelenggarakan perkuliahan layaknya perguruan tinggi, yakni masa studi ditempuh dalam delapan semester alias empat tahun. Setiap semester masing-masing mahasantri harus menyelesaikan sekitar 24 hingga 28 SKS. Selama empat tahun ditargetknya harus menyelesaikan 206 SKS. Lulusan pedantren ini mendapatkan gelar Licence (Lc).

Pengantar dan percakapan sehari-hari menggunakan bahasa Arab, dan bahasa Inggris. “Syarat masuk Pesantren Darus Sunnah adalah kemampuan bahasa Arab, dan bahasa Inggris, karena kedua bahasa ini menjadi bahasa pengantar resmi dalam perkuliahan,” papar Ali Mustafa Yaqub.

Semua mahasantri Pesantren Darus Sunnah merupakan mahasiswa yang tengah menempuh studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ), dan berbagai perguruan tinggi yang berada di kawasan Ciputat dan sekitarnya.

Menurut Ali Mustofa Yaqub yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, pengembangan Pesantren Darus Sunnah memadukan model pesantren dan perguruan tinggi. Pesantren memiliki keunggulan di bidang pendidikan, sedangkan perguruan tinggi kuat dalam budaya penelitian. Kedua keunggulan tersebut dikembangkan secara bersamaan di Darus Sunnah.

Pesantren Darus Sunnah didirikan pada 1997, yang menampung mahasantri putra dan putri. Sejak 1997 hingga 2009, setiap tahun rata-rata mahasantri yang diterim hanya 30 orang, karena keterbatasan daya tampung. Namun sejak 2010, jumlah mahasantri yang diterima ditingkatkan menjadi 50 orang, yaitu 30 orang putra dan 20 orang putri.

Minat masyarakat untuk studi di Darus Sunnah terbilang sangat tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya pendaftar pada setiap tahun ajaran baru. Pada tahun ajaran 2011-2012 tercatat sebanyak 250 orang mendaftarkan diri ke Darus Sunnah. Namun karena keterbatasan daya tampung dan untuk mengefektifkan perkuliahan, dari 250 pendaftar diseleksi secara ketat hingga menyisakan 50 peserta terbaik.

Saat ini total terdapat 160 orang mahasantri yang tengah studi di Darus Sunnah. Selama empat tahun belajar, semua mahasantri dibebaskan dari biaya SPP maupun asrama. 

“Sejak berdiri hingga sekarang, kami membebaskan SPP dan uang asrama bagi semua mahasantri. Untuk menutupi kebutuhan operasional, alhamdulillah dapat diatasi melalui infaq para dermawan,” demikian KH Ali Mustafa Yaqub.

 

Redaktur     : Syaifullah Amin
Kontributor : Ahmad Fahir