Warta

Petani DIY Beralih ke Pupuk Organik

NU Online  ·  Selasa, 23 Maret 2010 | 21:24 WIB

Yogyakarta, NU Online
Para petani di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), khususnya di Kabupaten Bantul, sudah lama beralih menggunakan pupuk organik untuk produktivitas hasil pertaniannya. Meskipun begitu, beberapa kelompok tani di DIY tetap meminta pemerintah menunda kenaikan harga eceran tertinggi pupuk bersupsidi.

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Catur Manunggal Kabupaten Bantul, Agung Gunawan, mengatakan para anggota kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan tersebut telah lama menggunakan pupuk organik meskipun konsumsi pupuk organik lebih banyak dibandingkan konsumsi pupuk kimia. Mereka membutuhkan pupuk organik sebanyak 5 kwintal untuk pengelolaan pertanian setiap hektar lahan. Sementara untuk pupuk kimia hanya dibutuhkan 1-2 kwintal saja.<>

"Kita sudah lama menggunakan pupuk organik meskipun belum optimal karena untuk penggunaan pupuk organik dibutuhkan pengelolaan pupuk dengan tenaga dan tempat yang jauh lebih besar," ujarnya.

Meski begitu, kata dia, mereka masih berharap pemerintah menunda kenaikan HET pupuk kimis bersubsidi karena masih ada beberapa petani yang menggunakan pupuk tersebut.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, Edy Suharyanta, mengatakan kenaikan HET pupuk tersebut justru akan mendorong para petani di wilayahnya untuk menggunakan pupuk organik. Mereka akan terus mendorong dan berupaya agar petani di wilayahnya terus menggunakan pupuk organik dan mengurangi ketergantungan penggunaan pupuk bersubsidi.

Di Bantul, kata dia, saat ini telah ada pabrik pupuk organik yang dikelola bersama dengan Gapoktan. Namun, lanjutnya, produktivitas pupuk organik di Kabupaten Bantul itu pun belum optimal.

"Saat ini kita baru bisa memproduksi sekitar 5 ton pupuk organik/hari. Kita akan memaksimalkan kapasitas produksi hingga 20 ton/hari sehingga kebutuhan pupuk di Bantul bisa tercukupi dengan pupuk organik ini," tegasnya seperti dilansir Republika Online. (ful)