Pengamat politik, Arbi Sanit, menilai berdasarkan sejarah dan realitas politik di Indonesia hanya ada dua poros politik, yaitu poros politik nasionalis dan poros politik agamis. ''Dua poros ini sudah teruji waktu dan selalu muncul,'' kata pengajar Departemen Politik FISIP Universitas Indonesia itu, Jumat (6/3) siang.
Pernyataan ini menyusul pertemuan tiga parpol berbasis massa muslim, PKS, PKB, dan PPP di markas PKS, Kamis (5/3) malam. Kalau koalisi tiga parpol ini benar-benar terwujud, ini menjadi poros baru di arena politik. Poros Islam akan menjadi kekuatan tanpa figur, sebab sejumlah poros politik yang ada selalu mengandalkan figur.<>
Blok S mengandalkan ketokohan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Blok M sejak lama mengusung Megawati Soekarnoputri dengan PDIP-nya. Sementara, poros J adalah bersandar pada Jusuf Kalla dengan partai pohon beringinnya, Golkar.
Di luar poros ini, poros yang ada tetap bertumpu pada figur. Poros Indonesia Raya yang diprakarsai Partai Gerakan Indonesia Raya memiliki figur Prabowo Subianto. Poros perubahan juga dihela Rizal Ramli, mantan Menko Perekonomian. Terakhir adalah Poros Bumi yang ingin menggandengkan Sri Sultan dengan Ketum DPP PKB Muhaimin Iskandar.
Namun, Arbi tidak menampik kalau sekat-sekat antar dua poros itu mulai hilang. Hasil dari Pemilu Legislatif 2009 akan memperlihatkan hal ini. ''Usai Pileg 9 April, poros yang ada akan semakin cair, dan mendekat satu sama lain,'' katanya. (rep)
Terpopuler
1
Menyelesaikan Polemik Nasab Ba'alawi di Indonesia
2
Mahasiswa Gelar Aksi Indonesia Cemas, Menyoal Politisasi Sejarah hingga RUU Perampasan Aset
3
Rekening Bank Tak Aktif 3 Bulan Terancam Diblokir, PPATK Klaim untuk Lindungi Masyarakat
4
Hadapi Tantangan Global, KH Said Aqil Siroj Tegaskan Khazanah Pesantren Perlu Diaktualisasikan dengan Baik
5
Israel Tarik Kapal Bantuan Handala Menuju Gaza ke Pelabuhan Ashdod
6
Advokat: PT Garuda dan Pertamina adalah Contoh Buruk Jika Wamen Boleh Rangkap Jabatan
Terkini
Lihat Semua