Yogyakarta, NU Online
Meningkatnya jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) menarik empati sejumlah kalangan ormas, tak terkecuali Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) beserta banom-banomnya. Kamis (30/11) kemarin PWNU bekerjasama dengan BKKBN dan UNFPA menggelar lokakarya menyambut hari AIDS 2006 yang jatuh 1 Desember ini.
Secara kualitatif, hingga september 2006 dilaporkan sebanyak 6.987 orang menderita AIDS dan 1.651 orang telah meninggal dunia. Sementara yang terinfeksi HIV dilaporkan sejumlah 4.617 orang. Jumlah ini menyebar di 32 propinsi dan 158 kabupaten/kota di Indonesia.
<>HIV/AIDS bukan sekedar penyakit mematikan yang hingga saat ini belum ditemukan obatnya. Namun melihat proses dan faktor-faktor persebarannya, HIV merupakan penyakit yang memiliki korelasi dengan faktor sosial kemasyarakatan. Kemiskinan merupakan salah satu persoalan sosial yang turut mendorong massifnya tersebarnya HIV/AIDS.
"Dalam kesempatan lokakarya hari ini, persoalan HIV/AIDS tentunya harus dibahas dari berbagai perspektif dan sudut pandang. Keprihatinan sosial yang terkait tentu saja juga harus diterjemahan dalam keragaman sudut pandang, dari perlunya upaya-upaya prefensi sampai upaya rehabilitasi.
Upaya-upaya ini pun dituntut untuk memenuhi keserbacukupan, mulai dari pendekatan medikasi, ekonomis sampai pendekatan religi," ungkap Dr. Mochammad Maksum, wakil ketua PWNU DIY, dalam sambutan pembukaan lokakarya tersebut.
NU sebagai salah satu organisasi sosial keagamaan menurut Maksum, harus mampu mengambil peran dalam mengatasi persoalan yang kini melilit bangsa ini.
"Marilah kita cermati persoalan yang paling menakutkan dalam kehidupan berbangsa ini, dengan sebuah optimisme, memproyeksikan peran kedepan, bahwa nahdliyin dan seluruh mitra-jaringannya memiliki andil signifikan dalam memenuhi khidmad utama dalam kerangka; peningkatkan mutu keberagamaan dan meningkatkan mutu kesejahteraan umat dan bangsa,"
Lokakarya yang berlangsung selama satu hari bertempat di Wisma KAGAMA UGM, dihadiri oleh kepengurusan PWNU, PCNU se-DIY beserta banom-banomnya, dan beberapa perwakilan pesantren di DIY.
"Lokakarya ini di maksudkan untuk membuat rumusan strategis NU dalam merespon masalah HIV/AIDS dan masa depan remaja Jogja," ungkap Sri Hidayati, ketua panitia, yang juga ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga (LKK) NU DIY.
Lima Rumusan Strategis
Berangkat dari uraian dan diskusi panjang akhirnya peserta membuat lima rumusan penting. Pertama, PWNU DIY beserta Badan Otonom, mulai tingkat Pengurus Wilayah sampai Pengurus Ranting, memaksimalkan program pencegahan HIV/AIDS
Kedua, Pendistribusian informasi melaui ceramah, diskusi, pembagian buku, life late, brosur, CD dll kepada masyarakat secara langsung tentang masalah bahaya dan pencegahan HIV/AIDS
Ketiga, NU Perlu menyelenggarakan Training of Trainers (TOT), workshop educacy, counseling dll, bagi para tokoh masyarakat, tokoh non-struktural NU.
Keempat, Mendirikan lembaga khusus peduli HIV/AIDS, bisa berorientasi pada usaha rujukan, preventif, kuratif atau rehabilitatif.
Kelima, Memberdayakan Lajnah NU dan Badan Otonom untuk merespon isu-isu HIV/AIDS.
Selian itu, lokakarya ini juga merekomendasikan pada pemerintah untuk memasukkan isu HIV/AIDS dalam kurikulum pendidikan Nasional.(ron)
Terpopuler
1
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
2
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
3
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
4
Waktu Terbaik untuk Resepsi Pernikahan menurut Islam
5
Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
6
Terima Dubes Afghanistan, PBNU Siap Beri Beasiswa bagi Mahasiswa yang Ingin Studi di Indonesia
Terkini
Lihat Semua