PWNU Papua Tanamkan Aswaja pada Suku di Pedalaman Papua
NU Online · Selasa, 29 April 2008 | 05:02 WIB
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Papua akan berupaya menanamkan ajaran-ajaran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) ala NU di provinsi Papua yang sebagian besar penduduk pribuminya, terutama mereka yang berada di suku pedalaman, masih tergolong asing dengan ajaran tersebut. Demikian kata Sekretaris PWNU, H. Qomari kepada NU Online di Jakarta belum lama ini.
Menurutnya, kalau menengok masjid atau sekolah-sekolah Islam di kota-kota besar di Papua seperti Jayapura, Sorong dan Manokwari, maka sebagian besar jamaahnya dipenuhi oleh para pendatang, sementara kelompok pribumi hanya beberapa saja.<>
“Ini menunjukkan Islam hanya berkembang di perkotaan yang banyak dihuni pendatang sementara di pedalaman, Islam masih belum mengakar. Baru belakangan ini, Islam mulai dikenal oleh kalangan suku di pedalaman Papua,” kata Qomari.
Qomari mengatakan, perkembangan Islam yang mulai dikenal suku pedalaman ini terjadi sejalan dengan pemekaran wilayah, sehingga setiap daerah bisa dijangkau.
“Karena itu, Pengurus Wilayah (NU) sangat aktif membina cabang-cabangnya yang baru terbentuk di Papua. Terlebih, tugas dakwah dan tarbiyah (pendidikan) mereka sangat berat,” lanjutnya.
.
Qomari juga merasa senang bahwa perkembaangan Islam di suku pedalaman ini sangat menggembirakan karena ke depan “Islam dan NU khususnya mulai bisa dipegang oleh putera daerah bukan orang rantau seperti yang terjadi selama ini.”
Cita-cita ini, tambah Qomari, akan berjalan kalau pengurus NU di tingkat wilayah, cabang hingga anak cabang bisa bekerja kompak. Sebab kepengurusan yang dipegang para rantau ini menghadapi banyak masalah, terutama regenerasinya.
Pihaknya membeberkan, masalah itu bisa diamati dengan banyaknya pengurus NU yang sudah memasuki masa senja pada “kembali ke kampung halaman mereka di luar Papua, sehingga keterlibatan mereka kurang tuntas.”
Qomari berharap, kepengurusan NU ke depan sudah bisa dipegang oleh putra daerah agar tidak mengalami diskontinuitas. Demikian juga, jangkauan dan perhatian mereka terhadap persoalan yang berkembang di Papua akan jauh lebih baik.
“Namun langkah ini perlu waktu lama, mereka msih perlu pembinaan dan pendampingan yang tersu-menerus,” kata Qomari, yang menambahkan agar PBNU atau Departemen agama bisa membantu pembangunan lembaga pendidikan terutama pesantren agar pengetahuan dan pengalaman bisa disampaikan kepada masyarakat asli Papua, sehingga apa yang dicita-citakan itu berhasil dengan baik.
Qomari mengatakan, Papua dengan masyarakatnya yang plural dan cenderung multi-etnis dan kultural ini “paling pas dan sangat cocok” dengan prinsip-prinsip dasar NU seperti, menjaga keseimbangan (tawazun), moderat (tawasuth), dan toleran (tasamuh). Semoga suara adzan akan selalu bergema di propinsi, tempat matahari terbit ini. (dar)
Terpopuler
1
LF PBNU Rilis Data Hilal Jelang Rabiul Awal 1447 H
2
Istikmal, LF PBNU: 1 Rabiul Awal 1447 Jatuh pada Senin, Maulid Nabi 5 September
3
NU Banten Membangkitkan Akar Rumput
4
Rais Aam PBNU dan Sejumlah Kiai Terima Penghargaan dari Presiden Prabowo
5
IPNU-IPPNU dan PCINU Arab Saudi Dorong Tumbuhnya Tradisi Intelektual di Kalangan Pelajar
6
Dirut NU Online Dorong PCNU Kota Bekasi Perkuat Media dengan Ilmu Pengetahuan
Terkini
Lihat Semua