Warta

Rizal Ramli: Pemerintah Hadapi Krisis Global dengan Kebijakan Tak Pasti

Kam, 9 Oktober 2008 | 09:11 WIB

Jakarta, NU Online
Pengamat Ekonomi yang juga mantan Menteri Koordinator Perekonomian, Rizal Ramli, mengeritik kebijakan pemerintah dalam menghadapi krisis ekonomi global. Menurut dia, semua instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyikapi perkembangan ekonomi, tidak ada satu pun bersifat "kebijakan" pasti.

"Betul-betul menyedihkan. Semua (instruksi itu) bersifat anjuran dan imbauan semata. Seperti: ā€˜Ayo kita kerja lebih bagus, lebih kompak, yok. Jangan mikir diri sendiri, dong. Ayo pertahankan angka pertumbuhan, tingkatkan sinergi dan kemitraan, ya. Kepentingan masyarakat nomor satu.ā€™ Lho, apa ini," tandasnya, di Jakarta, Kamis (9/10).<>

Ia mengingatkan penilaian dan pernyataannya pada 7 Januari 2008 lalu yang disebarkan ke berbagai media dalam maupun luar negeri. "Ketika itu, kan, Econit dalam `Economic Outlook` menyebut tahun 2008 sebagai ā€˜Tahun Balonā€™ (Year of The Bubbles), bahwa akan terjadi koreksi dan gelembung finansial akan pecah," ungkapnya.

Tetapi, menurut Rizal, prediksi itu rupanya ditanggapi kurang baik oleh otoritas finansial di Republik ini. "Pada waktu itu, Menko Ekuin Boediono dan Menkeu Sri Mulyani malah sibuk membantah bahwa pernyataan itu tidak benar dan tidak berbuat apa untuk memperkuat ekonomi nasional," katanya.

Dengan penutupan Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak Rabu (8/10) kemarin, "terbukti ramalan Econit tersebut tepat".

Diberitakan sebelumnya, BEI untuk pertama kalinya dalam sejarah melakukan penghentian perdagangan saham, karena penurunan indeks yang besar, yakni mencapai 10,30 persen.

Suspensi perdagangan pada sekira pukul 11.06 WIB, Rabu (8/10) kemarin, karena IHSG turun 168,052 poin jadi 1.451,669.

Selain masalah di pasar bursa, ekonomi Indonesia juga mengalami pengaruh akibat kurs rupiah yang terus melorot, dan pada perdagangan di valuta, Rabu (8/10), sempat menyentuh angka Rp9.700 per dolar Amerika Serikat (AS).

Ini merupakan dampak langsung terhadap perekonomian Indonesia akibat krisis industri keuangan AS yang berimbas kepada krisis ekonomi global.

Padahal, Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya optimistis, dengan menyatakan perekonomian Indonesia relatif aman dari gangguan. (ant/rif)