Warta

Rumah Bersalin NU Tegal, Tutup, Berharap PBNU Turun Tangan

Jum, 12 November 2010 | 11:26 WIB

Tegal, NU Online
Rumah Bersalin yang didirikan PCNU Kabupaten Tegal di bawah koordinasi LKKNU, dengan dana milyaran sampai hari ini belum beroperasi kembali padahal sebelumnya sempat buka bahkan sudah mengadakan launching khusus untuk rumah bersalin tersebut.

Beberapa warga NU sempat prihatin dengan berhentinya rumah bersalin yang digawangi oleh Nahdlatul Ulama. “Sebenarnya saya berharap rumah bersalin milik NU itu bisa buka kembali, karena dulu ketika rumah bersalin itu masih beroperasi, keluarga saya banyak yang berobat ke situ,” kata Sapro Aji, warga Harjosari, kecamatan Adiwerna, yang merasa bangga dengan berdirinya Rumah Bersalin NU, Jum’at (12/10).<>

Menurut Sapro, warga NU kurang pas apabila berobat atau melahirkan di Rumah Sakit Islam Singkil Tegal yang notabennya milik ormas Islam lain. Tapi kenyataanya mayoritas pasien di rumah sakit  Islam tersebut adalah warga NU, bahkan tak jarang pengurus NU yang berobat atau melahirkan  di rumah sakit Islam Singkil karena memang rumah sakit milik NU itu tidak jalan alias tidak beroprasi lagi. “Oleh karenanya saya berharap Rumah  Bersalin milik NU itu bisa buka kembali, “ tandasnya.

Kalau melihat potensi warga NU Tegal, lanjut Sapro, sebenarnya tak di ragukan lagi. Terbukti dari pembangunan gedung NU lantai dua, yang anggaranya melebihi rumah  bersalin, ternyata bisa terwujud bahkan terkesan mewah untuk ukuran gedung NU sebagai wadah para ulama.

“Ini artnya membuktikan dari segi pendanaan warga NU di Tegal punya potensi yang luar biasa kalau di menej secara baik,“ kata dia, yang aktif mengikuti perkembangan NU di kabupaten Tegal.

Irfan, warga NU lain yang rumahnya kebetulan dekat dengan rumah bersalin, mengatakan, dalam pantauan dirinya, sebenarnya rumah sakit bersalin NU sudah mulai mendapat kepercayaan dari masyarakat karena ternyata sudah banyak warga NU yang berobat/ melahirkan di rumah bersalin tersebut.

“Entah karena apa, ternyata rumah bersalin itu kini telah tutup, padahal sebelumnya pengurus NU dari tingkat cabang, MWC dan ranting selalu mensosialisasikan rumah bersalin tersebut, bahkan memberi warning agar warga NU berobat/ melahirkan di rumah bersalin NU,“ ungkapnya.
 
Ketua LKKNU kabupaten Tegal, H Nasrudin Dahlan, yang membawahi berdirinya rumah bersalin, saat dikonfirmasi, NU Online, mengatakan, persoalan krusial yang di hadapi Rumah Bersalin (RB) NU adalah soal manajemen dan  Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di NU yang masih minim pengalaman di bidang pendirian rumah bersalin atau rumah sakit, beda dengan pendirian sekolah atau madrasah yang  memang sudah berpengalaman. “Dua faktor inilah yang menyebabkan berhentinya RB NU,” katanya.

Dalam pandangan Nasrudin, kalau persoalan dana sebenarnya bisa diatasi karena di kabupaten Tegal, warga NU itu mayoritas sehingga pembangunan yang membutuhkan dana besar pun cepat selesai. Tapi syaratnya ada koordinasai dan manageman yang baik.

“Contohnya di Kebasen. Sebuah desa di kecamatan Talang, membangun masjid dengan anggaran 2 milyard rupiah. Ternyata tidak sampai satu tahun sudah selesai. Padahal itu di tingkat desa,” katanya menggambarkan.

Nasrudin berharap PBNU untuk turun tangan secara langsung ke Tegal, karena LKKNU beserta PCNU sudah maksimal dalam bekerja tapi belum memperoleh hasil yang diharapkan.

“Kami berharap PBNU disamping melakukan supervisi juga menurunkan tim yang memenej secara langsung agar RB NU di kabupaten Tegal bisa jalan kembali dan bekerja secara optimal sehingga bisa dirasakan manfaatnya oleh warga NU. Karena sangat disayangkan potensi warga NU yang begitu besar tapi kurang tergarap khususnya di bidang kesehatan,” tandasnya berharap. (fth). Â