Warta

Sekjen PBB Serukan Penahanan Diri di Jalur Gaza

NU Online  ·  Kamis, 17 April 2008 | 03:52 WIB

PBB, New York, NU Online
Sekretaris Jenderal (Sesjen) PBB Ban Ki-moon, Rabu, menyampaikan kembali sikap konsistennya bagi penahanan diri dari aksi kekerasan lebih lanjut.

Dalam suatu pernyataan yang disiarkan oleh jurubicaranya, Ban mengatakan ia sangat prihatin dengan meningkatnya kerusuhan di Jalur Gaza dan Israel selatan.<>

Ia mengutuk semua tindakan yang dilaporkan merenggut korban jiwa sipil di kalangan orang Palestina, termasuk anak-anak, selama operasi militer Israel, dan menyeru negara Yahudi tersebut agar mematuhi kewajibannya berdasarkan hukum hak asasi manusia dan hukum kemanusiaan internasional.

Sesjen PBB tersebut juga menyampaikan kembali pengutukannya atas serangan roket terhadap sasaran sipil Israel, dan mendesak semua pihak agar menahan diri.

Menurut laporan, 18 orang Palestina dan tiga prajurit Israel tewas Rabu, dalam sehari penuh serangan Israel dan Palestina di berbagai daerah Jalur Gaza.

Sementara itu dari Amman dilaporkan Jordania dan Arab Saudi, Rabu, mendesak "penghentian segera serangan Israel terhadap Jalur Gaza, dan memperingatkan berlanjutnya kebijakan semacam itu akan "menggelincirkan perundingan perdamaian dengan Palestina.

Seruan tersebut dikeluarkan setelah pembicaraan di Riyadh, Arab Saudi, antara Raja Jordania Abdullah II dan Raja Arab Saudi Abdullah.

Kedua pemimpin Arab itu, dalam suatu pernyataan, menyerukan "penghentian segera pelanggaran Israel terhadap rakyat Palestina, pencabutan pengepungan atas Jalur Gaza dan penghentian pembangunan permukiman.

Jordania dan Arab Saudi memperingatkan, "Berlanjutnya kebijakan sepihak Israel akan menggelincirkan semua upaya yang sedang dilancarkan untuk menyelamatkan proses perdamaian."

Raja Abdullah II sedang melakukan lawatan ke Arab Saudi untuk membahas kemajuan dalam pembicaraan perdamaian antara Israel dan Palestina, yang diharapkan oleh Presiden AS George W. Bush akan selesai paling lambat akhir tahun ini.

"Kegagalan untuk mencapai kemajuan nyata dan sungguh-sungguh ke arah tujuan ini akan mendorong wilayah ini ke arah ketidak-stabilan dan kerusuhan lebih jauh," kata kedua Raja tersebut.

Mengenai Lebanon, kedua pemimpin Arab itu mendesak semua kekuatan di Lebanon "untuk mengatasi perpecahan dan mencapai kompromi mengenai pemilihan seorang presiden baru sejalan dengan rencana Liga Arab".

Lebanon tak mampu menyepakati seorang presiden baru sejak presiden Emile Lahoud, yang pro-Suriah, meletakkan jabatan pada akhir masa jabatannya pada November 2007. (ant/sir)