Shinta Nuriyah: Naif dan Absurd, Upaya Hapuskan Prostitusi
NU Online · Ahad, 26 November 2006 | 10:40 WIB
Bandarlampung, NU Online
Mantan ibu negara, Ny Sinta Nuriyah Wahid di Bandarlampung, Sabtu, menilai sebagai sikap yang naif dan absurd untuk menghapuskan prostitusi di Indonesia, mengingat praktek prostitusi itu telah sama tuanya dengan kehidupan manusia sendiri.
"Berbagai upaya telah dilakukan untuk menghapuskan prostitusi, tetapi tetap saja ada dan tidak dapat dihilangkan," kata isteri mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam Dialog Publik "Mengupas Fenomena Prostitusi".
<>Dialog digelar dalam rangkaian Hari Anti Kekerasan Perempuan Sedunia tahun 2006, diselenggarakan LSM Lembaga Advokasi Perempuan DAMAR Lampung.
Menurut Shinta Nuriyah, sampai sekarang kebanyakan masyarakat yang menganggap dirinya suci, bersih, dan bermoral terus mengecam dan mencemooh para pelaku prostitusi itu dan berupaya untuk menghilangkannya.
"Upaya seperti itu adalah tidak mungkin, naif dan absurd," jelas Shinta pula. "Namun bukan berarti dengan begitu kita semua dapat membiarkan prostitusi terus berlangsung di sekitar kita," ujar Shinta menambahkan lagi. Dia justru mengajak masyarakat untuk bersikap realistis, jujur dan arif dalam menyikapi prostitusi.
Menurut tokoh perempuan itu, pandangan bahwa prostitusi merupakan perilaku kotor dan tidak bermoral serta salah satu penyakit sosial adalah fakta yang tidak dapat terbantahkan pula. "Tapi tidak mungkin pula untuk menghapuskan prostitusi adalah juga fakta tidak terbantahkan," ujar Shinta lagi.
Karena itu, penanganan prostitusi tidak dapat dilakukan secara sembarangan dan tidak hanya melihat berdasarkan aspek moral semata. Menurut Shinta, prostitusi adalah persoalan yang rumit dan terkait aspek sosial, budaya, ekonomi, politik serta moral dan agama.
Dia mengingatkan, upaya menanggulangi prostitusi hanya dengan pendekatan moral dan agama adalah naif dan tidak akan menyelesaikan masalah itu. Diibaratkan, seperti memberi makanan kering kepada orang yang sedang kehausan.
Shinta Nuriyah menguraikan pula sejarah dan asal muasal prostitusi di Indonesia yang didukung oleh kultur feodal, sehingga menjadikan perempuan sebagai persembahan untuk raja saat itu sebagai selirnya. Saat itu, para selir yang terbuang dari istana raja kemudian menyingkir dan umumnya memilih profesi sebagai pelacur.
Bahkan menurut Shinta, dampak kultur tersebut, sampai sekarang terdapat 11 daerah di Pulau Jawa yang dikenal sebagai sumber para pelacur yang menjalankan profesinya secara tersebar.
Dia mengingatkan, kaum moralis untuk tidak semata-mata hendak menyelesaikan masalah prostitusi dengan pendekatan moral dan agama saja, karena tindakan itu berarti tidak manusiawi atasnama moral dan agama pula.
Lebih menyedihkan lagi, lanjut Shinta Nuriyah, sikap seperti itu cenderung didukung para penguasa yang ingin menunjukkan diri sebagai figur bersih dan bermoral. "Upaya seperti itu bukanlah gerakan sosial yang manusiawi, efektif dan bijaksana serta cenderung menjadi proyek politik semata serta tidak berdampak apapun dalam mengatasi prostitusi," kata Shinta lagi.
Karena itu, pemerintah bersama seluruh masyarakat disarankan untuk menggunakan pendekatan sosial, budaya, ekonomi, politik selain moral dan agama untuk mencari penyelesaian serta menjawab persoalan prostitusi secara komprehensif.
Setidaknya, menurut Shinta Nuriyah, upaya itu dapat menekan dan meminimalkan perilaku prostitusi yang berkembang dalam masyarakat luas dengan tidak selalu menyalahkan perempuan sebagai pelaku dan penyebab prostitusi padahal lelaki yang banyak memanfaatkannya.
Tampil pula dalam dialog itu Fatia Nadia dari Komnas Perempuan, SN Laila (LSM DAMAR), Alwan Latief (Pejabat Dinas Sosial dan Pemberdayaan Perempuan Pemkot Bandarlampung), dan Mama Hetty, mantan PSK yang kini masih membina empat PSK di salah satu lokalisasi di Bandarlampung yang telah ditutup tapi masih beroperasi diam-diam. (ant/mad)
Terpopuler
1
5 Poin Maklumat PCNU Pati Jelang Aksi 13 Agustus 2025 Esok
2
Jumlah Santri Menurun: Alarm Pudarnya Pesona Pesantren?
3
Kantor Bupati Pati Dipenuhi 14 Ribu Kardus Air Mineral, Demo Tak Ditunggangi Pihak Manapun
4
Nusron Wahid Klarifikasi soal Isu Kepemilikan Tanah, Petani Desak Pemerintah Laksanakan Reforma Agraria
5
Badai Perlawanan Rakyat Pati
6
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
Terkini
Lihat Semua