Semarang, NU Online
Bhineka Tunggal Ika, perasaan sebagai satu bangsa yang sama, perlu diteguhkan lagi di Indonesia. Sebab akhir-akhir ini perpecahan dan konflik semakin menuju pada tingkat mengkhawatirkan. Antara orang, kelompok, golongan, suku dan agama, sering terlibat dalam permusuhan. Bahkan terjadi kekerasan yang mengorbankan jiwa manusia.
Dosen FISIP Universitas Indonesia Andrinof A Chaniago menyampaikan hal itu dalam Seminar Kebangsaan bertema “Pengembangan Masyarakat Multikultual melalui Pendidikan Kewarganegaraan” yang digelar LSM Kajian Strategis dan Sosial (Krisis) di Hotel Grasia Semarang, baru-baru ini.<>
Seminar dihadiri seratusan orang praktisi pendidikan, lembaga pemerintah, LSM, ormas, mahasiswa dan pers.
Dikatakan Andrinof, salah satu cara efektif membangun karakter bangsa adalah adalah menegakkan hukum dan menjamin keadilan. Tetapi terlalu banyak hukum dan peraturan berpotensi menciptakan pemborosan dan memperluas ruang bagi praktek korupsi. Sekaligus mengindikasikan tatanan kehidupan negara buruk dan peranan etika lemah.
“Kita telah banyak mengalami kemunduran dalam berbangsa dan bernegara. Maka mari kembali menggelorakan semangat berbeda-beda tetapi tetap satu jua,” ujarnya.
Pemateri berikutnya, Dosen Fakultas Hukum Unissula Rahmat Bowo Suharto menyampaikan, solusi bagus lainnya adalah dengan pendidikan. Ini sekaligus untuk mengantarkan bangsa Indonesia memiliki kualitas yang baik.
Akan tetapi, ungkap dia, pendidikan di Indonesia tak pernah beres. Kurikulum sering berganti dan hanya jadi ajang proyek. Anak-anak dibebani pelajaran dan diwajibkan mengejar nilai angka semata. Tak ada pendidikan budi pekerti dan tiada keteladanan. Ditambah pula fakta sekolah yang semakin materialistis mengabaikan hak dasar warga untuk mendapat pendidikan.
“Sebenarnya kita bisa berharap banyak pada pendidikan. Sayang sekali sekolah kita banyak diwargani ketidakberesan. Dari korupsi hingga kesalahan sistem pendidikan itu sendiri,” kritiknya.
Selanjutnya, dosen Fakultas Ilmu Budaya Undip Prof Dr Mudjahirin Thohir mempresentasikan, bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang religius dan berbudaya. Sepajang sejarahnya bangsa ini bisa membangun peradaban yang bagus.
Namun banyak terjadi paradoks budaya di dalamnya. Banyak perilaku yang tidak sesuai dengan kebudayaan nusantara maupun ajaran agama. Faktornya bisa politik, ekonomi, bisa pula gegar budaya. Yaitu perilaku latah dan mudah terpengaruh hal negatif.
“Kita sebenarnya tidak patut diacari soal peradaban. Bangsa kita adalah bangsa yang berbudaya dan beragama. Tetapi kekuasaan yang jahat telah merusak setiap sendiri kebaikan kita sebagai bangsa. Dan kita juga mengalami paradoks budaya,” tutur anggota Dewan Riset Daerah Jawa Tengah ini.
Lalu, sastrawan Triyanto Triwikromo memaparkan, setiap saat orang harus menjalin perdamaian. Untuk hal itu dia mengajak melestarikan tarian perang yang ada di nusantara. Adanya tarian perang, kata Triyanto, bisa menjadi katarsis sifat agresif manusia. Watak keras teralur dalam ranah kesenian. Sehingga bisa menghindarkan perang sungguhan.
“Di komunitas atau suku yang punya tarian perang, justru tidak pernah terjadi perang diantara mereka. Golongan yang anti seni lah yang suka mengobarkan perang lewat tebar kebencian dan permusuhan. Termasuk yang berbaju agama,” tutur redaktur sastra Suara Merdeka ini.
Direktur Krisis Suwignyo Rahman menyatakan, seminar tersebut ada tindak lanjutnya. Sebagaimana permintaan para peserta yang menanggapi para pembicara, pihaknya mengeluarkan rekomendasi berupa agenda aksi.
Kata Rahman, aksi tersebut adalah sebuah peta jalan yang ditujukan kepada pemerintah dan masyarakat, berisi ajakan untuk merevisi beberapa hala kurang baik dalam sisdiknas.
Redaktur : Syaifullah Amin
Kontributor : Muhammad Ichwan
Terpopuler
1
Aliansi Masyarakat Pati Bersatu Tetap Gelar Aksi, Tuntut Mundur Bupati Sudewo
2
Harlah Ke-81 Gus Mus, Ketua PBNU: Sosok Guru Bangsa yang Meneladankan
3
Obat bagi Jiwa yang Kesepian
4
5 Poin Maklumat PCNU Pati Jelang Aksi 13 Agustus 2025 Esok
5
Innalillahi, A'wan Syuriyah PWNU Jabar KH Awan Sanusi Wafat
6
RMINU Jakarta Komitmen Bentuk Kader Antitawuran dengan Penguatan Karakter
Terkini
Lihat Semua