Warta LIPUTAN HAJI

Tidak Ada Kepastian Mengenai Makam Hamzah

Sen, 25 Oktober 2010 | 14:19 WIB

Madinah, NU Online
Jabal (gunung) Uhud yang terkenal sebagai medan perang milik puluhan Syuhada, selalu memiliki pesona Kuat. Jabal Uhud yang mampu memikat jamaah haji dari seluruh dunia untuk selalu singgah dan berziarah ke sana.

Namun sebenarnya mereka yang berziarah ke Makam Syuhada' Uhud, tidak pernah tahu secara pasti letak kuburan Hamzah, sang Sayyidus Syuhada' (Pemimpin para Syahid). karenanya, para jamaah diharapkan tidak terlalu mengkultuskan keberadaan makam di Uhud, sebagai Makam Hamzah. />
Demikian dinyatakan oleh Sulaiman Syatiwi kepada NU Online, Senin (25/10). Sulaiman adalah salah seorang Syeikh yang dipercaya menjaga Makam para Syuhada' Uhud. "Memang di kawasan inilah dahulu Perang Uhud terjadi. Di makam-makam inilah para Syuhada Uhud dikebumikan. Tetapi tidak seorangpun tahu secara pasti, di mana makam Hamzah sang paman Rasulullah SAW," tutur Sulaiman.

Sulaiman juga mengakui bahwa pada zaman Muawiyah bin Abu Sufyan, makam-makam Syuhada Uhud yang awal banyak bertebaran di tempat-tempat terpencar, kemudian disatukan. "Salah satu penyebabnya adalah ketika makam-makam Syuhada Uhud tersebut terkena banjir bandang, sehingga harus dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi," tutur pria berumur 65 tahun ini.

Dalam pemindahan makam-makam ini, Sulaiman membenarkan adanya cerita bahwa jasad-jasad para syuhada Uhud tidak berubah. Darah segar masih mengalir seperti baru saja pertempuran usai. Namun tetap saja tidak ada data yang valid yang mampu memastikan nama-nama jasad para Syuhada tersebut.

Lebih lanjut Sulaiman menceritakan, Perang Uhud terjadi pada hari Sabtu 15 Syawal tahun ke-3 H. bertepatan dengan 22 Maret 625 M. Pertempuran ini terjadi kurang lebih setahun setelah Perang Badr. Tentara Islam berjumlah 700 orang sedangkan tentara kafir berjumlah 3000 orang. Tentara Islam dipimpin langsung oleh Rasulullah sedangkan tentara kafir dipimpin oleh Abu Sufyan.

"Dahulu nama bukit tempat para sniper (tentara pemanah) mengambil posisi sesuai perintah Rasulullah SAW disebut sebagai "ainain". Namun sejak usai perang, bukit itu disebut sebagai bukit Rumat (snipers)," terang Sulaiman menunjuk bukit Rumat setinggi 40 kaki dengan panjang 500 kaki.

Seperti kebiasaan orang Arab Zaman itu yang turut membawa wanita dalam peperangan, di belakang pasukan Islam terdapat 14 wanita yang bertugas memberi air bagi yang haus, membawa yang terluka keluar dari pertempuran, dan mengobati luka tersebut. Di antara wanita ini adalah Fatimah, putri Rasulullah yang juga istri Ali. Rasulullah sendiri berada di sayap kiri. (min/Laporan langsung Syaifullah Amin dari Arab saudi)