Warta

Tradisi Santri Menulis Melemah

NU Online  ·  Selasa, 8 April 2008 | 09:13 WIB

Bogor, NU Online
Tradisi menulis di kalangan pesantren dan santri mulai melemah dalam beberapa dasawarsa terakhir. Padahal, sebelumnya, di lingkungan pendidikan keagamaan khas Nusantara itu, memiliki tradisi yang kuat dalam bidang tulis-menulis.

Pesantren juga melahirkan banyak tokoh Islam populer melalui karya ilmiahnya. Sebut saja, di antaranya, Syeikh Ihsan Jampes (Kediri), KH Hasyim Asy’ari (Jombang), KH Bisri Mustofa (Rembang), KH Ali Maksum (Yogyakarta) dan KH Abdullah bin Nuh (Bogor).<>

Demikian disampaikan Ahmad Fahir, Ketua Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Sekolah Pascasarjana (SPs) Institut Pertanian Bogor (IPB), pada Pelatihan Jurnalistik Santri di Pondok Pesantren Darul Rahman Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, akhir pekan lalu.

Fahir menjelaskan, bukti melemahnya tradisi menulis di kalangan pesantren saat ini dibuktikan dengan kurangnya karya ilmiah yang dihasilkan. “Untuk membangkitkan tradisi (menulis) itu, kemampuan itu bisa dibangun lagi di kalangan santri melalui ranah jurnalistik," katanya.

Ia menegaskan, santri pun pun dituntut mampu menulis dengan baik, agar dapat menuangkan gagasan dan beraktualisasi diri melalui media. “Apalagi menulis merupakan variabel dakwah, selain melalui lisan dan perbuatan," kata mantan Ketua Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Kota Bogor itu.

Tugas menulis, katanya, bukan hanya milik mereka yang berprofesi wartawan. Santri pun bisa melakukannya, dan kegiatan semacam pelatihan jurnalistik, adalah wahana awal bagaimana santri dapat mempelajari cara menulis dengan baik, yang pada gilirannya akan menumbuhkan kembali tradisi lahirnya karya buku dari lingkungan pesantren. (rif)