Warta

Tragedi Mina Ujian Bagi Indonesia

Sel, 3 Februari 2004 | 15:12 WIB

Jakarta, NU.Online
Bangsa Indonesia harus mampu mengambilĀ  hikmah atas tragedi Mina yang merenggut ratusan korban jiwa hingga menjadi pelajaran agar tidak terulang kembali pada masa mendatang. "Tragedi Mina akan menjadi batu ujian dan pelajaran berharga bagi umat Islam agar lebih tabah dan sabar menjalankan iabadah serta tidak larut dalam emosi keagamaan," ujar Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul 'Ulama (PBNU), Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj, MA di sela-sela rapat persiapan International Conference of Islamic Scholar (ICIS) di Gedung PBNU, (3/2)

Tragedi Mina untuk sekian kalinya itu cukup memprihatinkan, karena menelan korban cukup banyak, lebih dari 200 orang lebih dan 52 diantaranya berasal dari Indonesia dan baru 39 diantaranya teridentifikasi, sedang 13 lainnya masih belum diketahui.

<>

Menurut dia, daerah Mina itu cukup kecil sehingga bila ada jamaah yang terjebak dalam kerumunan manusia akan cukup sulit membebaskan diri, apalagi sebagai besar jamaah Indonesia cukup lemah atletnya. Sebaiknya, pelemparan Jumrah dilakukan pada saat lengang.Ā  Menjelang shalat Zuhur dan Ashar pada pada hari-hari awal hariĀ  Tasyrik biasanya cukup ramai, katanya.

Jadi dituntut kesabaran para jamaah, kelincahan para pemimpin regu dan rombongan agar terhindar dari hal-hal yang tidak di inginkan sehingga nilai ibadah dapat mencapai haji mabrur. Selain itu, kurangnya informasi bisa menyebabkan terperangkapnyaĀ  jemaah karena tidak mengetahui tentang bagaimana menyiasatiĀ menumpuknya para jemaah pada jam tertentu sehingga tidak bisa memilih waktu-waktu yang agak longgar untuk melempar jumroh.

Kurang disiplin juga sering terjadi akibat adanya sikap `emosional` atau paham dari jemaah haji yang menganggap waktu yang afdol untuk melaksanakan ibadah ini hanya seusai sholat Zuhur pada tanggal 10 Zulhijjah, katanya.

Tidak tertutup kemungkinan banyaknya korban akibat `prilaku` jemaah negara lain yang berbadan besar dan melempar bagai kerasukan setan sehingga jamaah Indonesia mudah terinjak-injak.Ā Terlepas dari segala bentuk penyebab musibah itu, umat Islam jangan saling menyalahkan, namun mencarikan upaya agar penyelenggara hajiĀ  berikutnya lebih berhati-hati, demikian ungkap Kang Said kepada NU.Online.(cih)