Warta HARLAH NU KE-85

Whirling Sufi Pukau Pengunjung NU Expo 2011

Jum, 15 Juli 2011 | 23:44 WIB

Jakarta, NU Online
Berbagai alat musik berpadu dalam satu irama. Lalu asma Allah dan shalawat  masuk menggema di antara alunan itu. Beberapa orang berjubah putih, bertorbus, trance. Mereka berputar dengan tangan mengepak. Tatapan mata jauh seperti menempuh dunia sendiri.

<>Tak ayal, penampilan dari Rabbani Sufi Institute of Indonesia ini menyirep pengunjung NU Expo 2011 di JCC, Cenderawasih Hall Room 3, Jumat (15/07) pukul 17.40. Mereka menyemut di sekitar panggung, suasana jadi khidmat, tanpa suara, tanpa gerak, seolah mereka adalah penari itu sendiri.

Menurut Syahdan Hutabarat, salah seorang penari, whirling sufi biasa disebut whirling dervishes (darwis). Darwis adalah seorang yang melakukan perjalanan untuk menemukan kebenaran mutlak tentang Allah SWT. Dalam bahasa Turki, tarian ini disebut Sema, atau Sama', dalam bahasa Arab, artinya mendengarkan. Maksudnya, mendengarkan suara dari ruh kita yang mengandung cahaya Muhammad SAW yang suci, tiada hentinya memuji kebesaran Allah SWT.

Ia menambahkan, sementara gerak berputar, memiliki makna cinta yang dalam dari Allah SWT kepada hambanya. Kemudian disalurkan kembali kepada umat Rasulullah SAW. Seperti layaknya bumi, serta seluruh galaksi tata surya, berputar dengan arah yang sama atas rahmat Allah sekaligus memberikan manfaat bagi manusia.

“Fungsinya sebagai pengantar para darwis untuk mencapai trance, yaitu perpindahan pendengaran fisik ke pendengaran kalbu. Trance tak ada hubungannya dengan kesurupan atau kemasukkan roh,” tegasnya.

“Ini penampilan kami yang perdana!” ujar Adam, anggota yang lain, 

Dia mengakui, penampilan ini adalah persembahan buat sang guru, Syekh Muhammad Hisyam Khabani yang diundang PBNU pada pertemuan sufi tingkat dunia.

“Saya berkhidmat kepada ulama-ulama NU yang mengundang guru kami,” tuturnya di sela-sela rehat.

 

Redaktur       : Hamzah Sahal

Kontributor : Abdullah Alawi