Daerah

Bekas Markas Pejuang, Rumah Kiai Jember Ini Diusulkan Jadi Cagar Budaya

Ahad, 30 Oktober 2016 | 09:15 WIB

Jember, NU Online
Kiai Umar selain sebagai ulama dan pendiri Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, Sumberwringin, Sukowono, Jember, Jawa Timur, juga dikenal sebagai pejuang kemerdekaan. Bahkan rumahnya yang menyatu dengan asrama santri pada zaman revolusi itu menjadi markas berkumpulnya para pejuang, khususnya di Jember bagian timur.

Hal tersebut diungkap oleh penulis buku "Kyai dan Santri dalam Perang Kemerdekaan" KH Sholeh Hayat saat menjadi pemateri dalam Seminar dan Bedah Buku “Kyai dan Santri dalam Perang Kemerdekaan” di auditorium IAIN Jember, Sabtu (29/10).

Menurutnya, jasa Kiai Umar dalam merebut kemerdekaan Indonesia juga tidak kecil. Bersama Kiai As’ad Syamsul Arifin, ia bahu-membahu mengusir penjajah. Oleh karena itu, Kiai Sholeh berharap kepada pemerintah agar rumah Kiai Umar dijadikan cagar budaya. “Sudah selayaknya rumah Kiai Umar dijadikan cagar budaya, karena punya nilai historis, lebih-lebih terkait dengan perjuangan bangsa Indonesia,” ucapnya.

Sepenggal cerita sempat dikuak oleh Kiai Sholeh. Katanya, suatu ketika rumah Kiai Umar dikepung oleh serdadu Belanda. Mereka curiga bahwa rumah tersebut menjadi tempat persembunyian para pejuang. Dengan pongahnya, mereka memasuki pekarangan rumah ayahanda Kiai Khotib itu. Namun Kiai Umar tak kurang akal. “Semua pejuang dan tentara, disuruh ganti baju dan pakai kopiah layaknya santri. Sehingga Belanda tidak menemukan apa yang mereka cari,” urainya.

Harapan serupa juga dilontarkan Katib Syuriyah PCNU Jember, Ustadz MN. Harisudin. Menurutnya, apa yang diharapkan Kiai Sholeh tidaklah berlebihan. Sebab, Kiai Umar memang figur pejuang yang menjadi penggerak rakyat untuk melawan penjajah. “Dan rumahnya difungsikan sebagai markas, yang menjadi sentral perjuangan di wilayah tersebut,” ungkapnya. (Aryudi A. Razaq/Mahbib)


Terkait