Surabaya, NU Online
Kaum hawa dari yang muda sampai tua menjadi sasaran para penyebar ideologi radikalisme. Tak sedikit anggota dan aktifis perempuan NU mulai dari Muslimat, Fatayat hingga IPPNU mulai digrogoti paham-paham nonaswaja.
<>
“Dari sinilah kita mengadakan Daurah Aswaja untuk membentengi para aktifis NU dan para guru TK hingga SMA,” kata Ahmad Nur Fauzi, Ketua Panitia Daurah Aswaja Putri.
Daurah yang biasanya dilaksanakan paling singkat empat hari itu, kini hanya dilaksanakan sehari pada Ahad (5/4) di ruang utama lantai III PWNU Jatim, Jl Masjid Al Akbar Timur No 9 Surabaya. “Karena dilakukan dalam sehari maka materinya cukup singkat,” jelas Fauzi.
Mulai dari perkenalan dengan Aswaja An Nahdliyah yang tidak bisa dipisahkan dari Indonesia hingga kepada amaliyah-amaliyah NU, seperti tahlil, istighotsah sampai ziarah kubur. Semua itu amaliyah NU yang mulai hilang dari masyarakat NU.
“Sekian amaliyah NU sudah mendapatkan legalitas syariah,” jelas Dosen Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya itu.
Kadang ada warga NU yang tidak mau mengakui kalau dirinya NU. Dengan alasan yang bermacam-macam. “Untuk itu dengan adanya daurah ini diharapkan bisa menjadi benteng bagi warga NU terutama ibu-ibu,” harap Fauzi.
Pemateri Daurah Aswaja ini didatangkan dari Dewan Pakar Aswaja, Ustadz Idrus Ramli, Ustadz Faris dan Direktur Aswaja NU Jatim KH Abdurrahman Navis.
Sanad keilmuan Aswaja ini sudah mulai dari Nabi Muhammad SAW hingga ke Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari dan diteruskan di pesantren-pesantren NU. “Kalau ada yang mengatakan amaliyah Aswaja itu sesat maka dirinyalah yang sesat,” kata ustadz Idrus Ramli saat memberikan materi aswaja.
Para kader putri Aswaja ini nantinya akan diseleksi dan akan didistribusikan menjadi tutor (narasumber) aswaja khusus putri.
“Kalau ada Muslimat atau Fatayat yang membutuhkan narasumber maka kader Aswaja putri angkatan pertama inilah yang akan menjadi narasumbernya,” pungkas Fauzi. (Rofi'i Boenawi/Abdullah Alawi)